Sikap Muslim terhadap Al-Quran: Tiga Kelompok Umat Islam

Sikap Muslim terhadap Al-Quran memunculkan Tiga Kelompok Umat Islam.

Dalam tiga golongan Muslim itu tidak ada yang disebut radikal, moderat, apalagi ekstremis dan teroris, sebagaimana propaganda kaum kafir untuk mendiskreditkan Islam dan kaum Muslim.

Ddalam QS Al-Anfal: 2 disebutkan, salah satu sifat atau ciri-ciri orang yang beriman (mukmin) adalah waidza tuliat 'alahim aayaatuhuu zaadathum iimaana, jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (Al-Quran), maka bertambahlah keimanan mereka.

Ø¥ِÙ†َّÙ…َا الْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ُونَ الَّØ°ِينَ Ø¥ِØ°َا Ø°ُÙƒِرَ اللَّÙ‡ُ ÙˆَجِÙ„َتْ Ù‚ُÙ„ُوبُÙ‡ُÙ…ْ ÙˆَØ¥ِØ°َا تُÙ„ِÙŠَتْ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ آيَاتُÙ‡ُ زَادَتْÙ‡ُÙ…ْ Ø¥ِيمَانًا ÙˆَعَÙ„َÙ‰ٰ رَبِّÙ‡ِÙ…ْ ÙŠَتَÙˆَÙƒَّÙ„ُونَ 


"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal."

Ayat ini menunjukkan bagaimana seharusnya sikap Muslim terhadap Al-Quran. Bagi seorang Muslim atau mukmin, Al-Quran mempunyai ruh yang dapat menggerakkan hati-sanubarinya, yakni gerakan hati menuju keimanan yang lebih kuat lagi kepada Allah SWT.

Keimanan yang kuat merupakan energi untuk beramal-Islami yang lebih kuat pula, menambah semangat jihad fi sabilillah, dan menambah keberanian untuk tampil membela kebenaran atas motif li i'laai kalimatillah (meninggikan atau menegakkan firman-firman Allah SWT).

Ketika ruh Al-Quran bisa menyentuh sanubari umat Islam, mereka pun dapat menjadi benar-benar umat yang terbaik (khoiru ummah).

Sebaliknya, ketika ruh Al-Quran tidak lagi menyentuh atau berpengaruh terhadap hati-sanubari umat Islam, mereka pun menjadi umat yang hina, terbelakang, dan menjadi "buih" (ghutsa) yang mudah diombang-ambing ombak, selalu mengikuti arus ke mana saja ia mengarah, tidak punyai ketetapan dan pendirian tegas. Itulah yang diperingatkan Nabi Muhammad Saw dengan sabdanya,

"Sesungguhnya Allah dengan kalam ini (Al-Quran) mengangkat beberapa kaum dan dengannya pula merendahkan yang lain."

Sesungguhnya, ruh Al-Quran hanya akan merasuk sukma seseorang jika ia betul-betul menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya, menjadikan kalam Allah ini sebagai sumber motivasi dan referensi (acuan) dalam beramal.

Padahal, Allah sendiri menyebut Al-Quran sebagai ruh yang dapat menggerakkan hati manusia dengan firman-Nya, "Dan begitulah Kami wahyukan padamu berupa ruh." (QS. 42:52).

Tiga Golongan Umat Islam

Pada bagian lain Al-Quran menyatakan terdapatnya tiga golongan umat Islam dalam menyikapi Al-
Quran (QS. Al-Fathir:32).

QS Al Fathir 32

"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. "

Golongan pertama, dzalimun linafsih, yaitu mereka yang menganiaya diri sendiri. Mereka lebih banyak amal jeleknya ketimbang amal baiknya, karena hanya sedikit mengamalkan ajaran Al-Quran dan lebih banyak mengabaikan seruan-Nya.

Golongan kedua, muqtashid, yaitu golongan pertengahan. Amal baik mereka sebanding dengan amal jeleknya, karena melaksanakan ajaran Al-Quran sebanding dengan mengabaikan sebagian ajaran lainnya.

Golongan ketiga, sabiqun bil khair, mereka yang bersegera dalam kebaikan. Artinya, mereka melaksanakan ajaran Al-Quran dengan sungguh-sungguh.

Dalam sebuah hadits disebutkan:

  1. Orang-orang yang bersegera dalam kebaikan (sabiqun bil khairat) adalah mereka yang masuk surga tanpa hisab
  2. Golongan muqtashid adalah mereka yang mendapat hisab yang ringan; dan 
  3. Golongan zhalimun linafsih adalah mereka yang mendapat hisab lama di alam makhsyar kemudian Allah memaafkan mereka dengan rahmat-Nya (HR. Ahmad dari Abu Darda).


Tentu saja, kita semua berharap dan berupaya termasuk golongan sabiqun bil khair. Apalagi, ketika seseorang menyatakan Islam sebagai agamanya, maka Al-Quran mutlak harus menjadi pedoman hidupnya.

Membaca dan mengkaji kandungan Al-Quran merupakan keharusan tak terelakkan bagi seorang Muslim yang hendak benar-benar hidup dan mati dalam Islam.

Karenanya, mari luangkan waktu secukupnya untuk senantiasa membaca, mengkaji, atau memperdalam Al-Quran, untuk kemudian mengamalkannya. Jangan lupa, dakwahkan dan bela pula kemuliaannya dengan berbagai cara, semampu kita!

"Ini (Al-Quran) adalah kitab yang Kami turunkan padamu penuh dengan berkah, supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya (tadabur) dan supaya menjadi pelajaran bagi mereka yang berpikir." (Q.S. 38:29). Wallahu a’lam. (www.risalahislam.com).*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post