Utusan Malaikat Azrail: Tanda-Tanda Kematian Segera Tiba

Utusan Malaikat Azrail, Tanda-Tanda Akan Mati
Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Soal kapan waktu ajal datang, hanya Allah SWT yang tahu. Allah juga yang Mahakuasa mengawalkan atau mengakhirkan kematian seseorang. Tugas kita adalah beriman dan bertakwa, beramal sholih untuk kehidupan akhirat yang kekal.

ALKISAH, seseorang didatangi oleh Izrail (Arab:عزرائیل, Azrail, Asriel, Azaril dan Azrael), yaitu malaikat yang diserahi tugas oleh Allah SWT sebagai pencabut nyawa (Q.S. 32:11).

Namun, kedatangan Izrail bukan untuk mencabut nyawa. Maka orang itu pun berpesan, bila ajalnya (saat kematian) sudah dekat hendaknya Azrail mengirimkan utusan kepadanya.

Hari pun berganti. Suatu hari, Izrail datang dengan satu tujuan sebagaimana tugasnya: mencabut nyawa orang itu. Orang itu sempat memprotes Azrail sebelum sang malaikat mencabut nyawanya: "Bukankah belum pernah ada utusanmu yang datang padaku untuk memberitahukan perkaraku ini (sebagaimana yang aku pesan)?"

Izrail menjawab: "Sudah. Sudah pernah datang, bahkan beberapa kali”. 

Izrail menjelaskan: “Bukankah tulang punggungmu bungkuk, padahal sebelumnya lurus? Rambutmu memutih yang sebelumnya hitam? Suaramu bergemetar sesudah dahulunya lantang? Bahkan akhir-akhir ini kamu lemah sesudah dahulunya kamu kuat perkasa? Penglihatanmu kabur setelah dahulunya terang? Kamu dahulu penuh harapan, tetapi akhir-akhir ini sering putus asa?"
Izrail akhirnya berkata tegas: "Aku telah mengirim sekian banyak utusan kepadamu, padahal kamu hanya meminta satu utusan. Oleh karena itu, janganlah kamu menyalahkan aku!"
Izrail dalam kisah yang dimuat dalam buku Ketawa dan Tangis Manusia (2007) karya Khairul Ghazali di atas mengajarkan pesan penting bagi seluruh manusia, yakni tentang utusan yang memberitahukan segera tibanya kematian seseorang.

Tentu, utusan dimaksud dalam konteks “kematian normal” karena habisnya masa hidup (usia) manusia. Karena banyak orang mati dalam usia muda, bahkan baru lahir sekalipun.

Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang (Q.S. 3:185, 21:35, 29:57) dan ajal atau saat kematian adalah sesuatu yang pasti datang menjemput siapa pun (Q.S. Al-Waqi'ah:60). Tidak ada yang mampu mencegah datangnya kematian (kecuali dengan izin-Nya).

DUA CARA MENYAMBUT KEMATIAN
Dalam menyambut kematian, manusia terbagi dalam dua kelompok.
  1. Manusia yang menyambutnya dengan keriangan. "Yaitu orang yang diwafatkan dalam keadaan baik. Oleh para malaikat disambut dengan mengatakan, salamun 'alaikum (kesejahteraan bagimu)" (Q.S. An-Nahl:32).
  2. Mereka yang menghadapinya dengan kesusahan. Dalam sebuah hadits riwayat Anas, Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya ada seorang hamba yang berurusan dengan kesusahan maut dan sakaratul maut".
Kelompok pertama adalah mereka yang selama hidupnya mematuhi ajaran Allah dan Rasul-Nya (Q.S. Ali Imran:172). Mereka istiqomah di dalam beriman-Islam (Q.S. As-Sajdah:30).

Bagi mereka kematian adalah kabar gembira. "Janganlah kamu takut dan jangan berduka-cita, bergembiralah kamu dengan sorga yang telah dijanjikan kepadamu. Kamilah pelindungmu saat hidup di dunia dan akhirat. Dan untukmu di sana apa-apa yang diinginkan nafsumu dan untukmu di sana apa-apa yang kamu minta" (Q.S. As-Sajdah:30-31).

Kelompok kedua adalah mereka yang menjadikan hubb ad-dunya wa karahiyat al-maut (mencintai dunia dan takut mati) sebagai ideologinya.

Bagi mereka, dunia adalah segala-galanya. Pada saat ajal tiba, mereka baru tahu bahwa berita "hari esok" yang dibawa Muhammad Saw itu betul-betul ada. Dalam kegetiran yang tak terperi saat dicabutnya ajal, mereka baru mau bertobat dan sadar, namun sudah terlambat. Laksana Fir'aun yang mengakui Allah SWT dan kebenaran wahyu yang diterima Nabi Musa di tengah gelombang samudera Laut Merah yang siap mengaramkan dan membenturkannya ke dasar jurang kematian yang sia-sia.

Karena itu, “Hendaklah setiap diri melihat apa-apa yang telah diperbuatnya untuk bekal hari esok (Hari Akhirat)” (Q.S. 59:18). Jadi, siapkan belak amal saleh dan sambutlah kematian dengan ceria! Wallahu a’lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post