Islam Itu Mudah dan Memudahkan

Islam Itu Mudah dan Memudahkan
ISLAM itu mudah dan memudahkan, tidak sulit dan tidak meyulitkan.

Umat Islam saja yang kadang menambah-nambah atau mengubah ajaran Islam sehingga menjadi terasa sulit dan menyulitkan.

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia.  Artinya, seluruh ajarannya sesuai dengan kemampuan umat manusia untuk menjalankannya.

Hanya hawa nafsu dan kuatnya godaan setan yang membuat manusia atau umat Islam mengabaikan ajaran Islam. Ketidakmengertian juga bisa menjadi sumber atau faktor tidak diamalkannya ajaran Islam.

Seluruh ajaran Islam sudah terbukti dapat dilaksanakan oleh manusia, sebagaimana diamalkan dengan baik oleh Rasulullah Muhammad Saw, para sahahat, tabi’in, salafus saleh, dan orang-orang saleh hingga kini.

Pada da’i atau ulama pun hendaknya menunjukkan kemudahan itu, bukan malah menjadikan ajaran Islam terasa sulit diamalkan. Proses, tahapan, dan prioritas amal dalam Islam harus disosialisaikan (didakwahkan) kepada umat.

Islam hadir bukan untuk membuat susah manusia, jutsru mempermudah hidup dan kehidupannya.

“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. 2:185).

“Sesungguhnya Allah Swt. tidak mengutusku untuk mempersulit atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan” (HR. Muslim).

"Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringanan-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan" (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra.).

Sebagaimana layaknya "petunjuk jalan", Islam memudahkan manusia untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika manusia merasa susah dalam hidupnya, bisa dipastikan, karena ia tidak mematuhi petunjuk Islam. Yang menjadikan Islam terasa berat dan susah adalah diri kita sendiri, lebih tegasnya hawa nafsu kita.

Dalam sejumlah firman-Nya, Allah Swt menegaskan, Islam tidak dimaksudkan untuk menyusahkan atau memberatkan manusia.

"Dan sesungguhnya Kami memudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah yang mengambil pelajaran?” (QS. 54:17).

"Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepada kamu supaya kamu menjadi susah" (QS. 20:2).

“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. 2:185)

Ayat-ayat di atas dengan jelas mengatakan, kesusahan, kepayahan, kesukaran, dan kesengsaraan bukanlah konsep yang dianjurkan Islam (Al-Quran). Islam adalah untuk kemudahan dan kebahagiaan manusia.

“Dan siapa yang berbuat kebaikan, lelaki atau perempuan dan dia mukmin, sungguh Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik” (QS. 16:97)

Dalam prinsip Islam, semua perintah, tanggungjawab, dan beban adalah dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan manusia. Allah Swt tidak akan membebani hamba-Nya melainkan disesuaikan dengan kemampuan manusia.

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...” (QS. Al-Baqarah:286).

Imam Ibn Qayyim menyatakan, “Hakikat ajaran Islam semuanya mengandung rahmah dan hikmah. Kalau ada yang keluar dari makna rahmah menjadi kekerasan atau keluar dari makna hikmah menjadi kesia-siaan, berarti itu bukan termasuk ajaran Islam. Kalaupun dimasukkan oleh sebagian orang, maka itu adalah kesalahkaprahan.”
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringanan-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan” (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra.).

Dalam sebuah perjalanan jauh, Rasulullah Saw pernah melihat seorang sahabat tampak lesu, lemah, dan terlihat berat. Beliau langsung bertanya apa sebabnya. Para sahabat yang lain menjawab bahwa orang itu sedang berpuasa. Maka Rasulullah Saw langsung menegaskan:

“Bukanlah termasuk kebajikan untuk berpuasa di dalam perjalanan (yang jauh)” (HR. Ibn Hibbân, dari Jâbir bin ‘AbdilLâh ra.)

Islam tidak mendukung praktek beragama yang menyulitkan. Disebutkan dalam sebuah riwayat, ketika sedang menjalankan ibadah haji, Rasulullah Saw memperhatikan ada sahabat yang terlihat sangat capek, lemah, dan menderita. Maka beliau pun bertanya apa sebabnya.

Ternyata, menurut cerita para sahabat yang lain, orang tersebut bernadzar akan naik haji dengan berjalan kaki dari Madinah ke Mekkah. Maka Rasulullah Saw langsung memberitahukan:

“Sesunguhnya Allah tidak membutuhkan tindakan penyiksaan diri sendiri, seperti yang dilakukan oleh orang itu” (HR. Bukhâri dan Muslim, dari Anas ra.).

Demikianlah, Islam sebagai agama yang rahmatan lil’ ‘alamin secara kuat mencerminkan aspek hikmah dan kemudahan dalam ajaran-ajarannya. Kita sebagai kaum muslimin, telah dipilih oleh Allah Swt untuk menikmati kemudahan-kemudahan tersebut.

Diceritakan oleh ‘Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw dalam kesehariaannya, ketika harus menentukan antara dua hal, beliau selalu memilih salah satunya yang lebih mudah, selama tidak termasuk dalam dosa (HR. Bukhâri dan Muslim).

Dalam hal shalat, misalnya, Islam memberikan keringanan dengan konsep jama' dan qoshor bagi musafir atau bagi perantau. Demikian juga dalam situasi darurat, Islam membenarkan shalat dilakukan dalam berbagai cara: berdiri, duduk, bahkan berbaring.  

Syekh Yusuf Al-Qaradhawi membahas "ekstremitas dalam Islam". Disebutkan, ada kalangan umat Islam yang menjalankan agama secara ektrem, misalnya hal yang sunnah menjadi terkesan wajib dan dan wajib justru diabaikan, soal cabang (furu') seolah merupakan hal pokok (ushul), dan sebagainya. 

Umat Islam adalah umat pertengahan atau moderat (ummatan wasathan). Karena itu, tidak ada tempat bagi “ekstremisme” dalam pemikiran dan perilaku umat Islam.

Demikian dikemukakan Al-Qaradhawi dalam bukunya, Al-Shohwah Al-Islamiyah Bain Al-Juhud Wa Al-Tatharruf (Al Ummah, Qatar 1402 H) yang diterjemahkan menjadi Islam Ekstrem, Analisis dan Pemecahannya (1992).

Menurut Al-Qaradhawi, tatharruf diniy (ekstremitas agama) adalah suatu sikap yang melampaui batas (berlebih-lebihan) dalam agama. Di antara konsekuensinya adalah lebih dekat kepada kebinasaan dan bahaya.

Dikemukakan Al-Qaradhawi, nash-nash Islam selalu menyeru kepada i’tidal (sikap moderat) dan melarang sikap berlebih-lebihan yang diistilahkan dengan ghuluw (kelewat batas), tanathu’ (sok pintar), serta tasydid (mempersulit).

Rasulullah Saw bersabda, “Hindarkanlah darimu sikap melampaui batas dalam agama karena sesungguhnya orang-orang sebeluim kamu telah binasa karenanya.”

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu memperberat dirimu, nanti Allah memperberat atas kamu. Suatu kaum telah memberati diri mereka sendiri sehingga Allah memperberat atas mereka. Lihatlah sisa-sisa hal itu seperti dalam cara hidup para pendeta kaum nasrani. “

Rasulullah Saw sendiri dalam praktek sehari-hari cenderung mempermudah umatnya. Beliau selalu meringankan shalat apabila beliau menjadi imam dalam shalat berjamaah.

Tanda-Tanda Ekstremitas dalam Beragama
Menurut Qardhawi, sikap ekstrem dalam beragama memiliki tanda-tanda:
  • Fanatik pada satu pendapat dan tidak mengakui pendapat lain. Inilah tanda yang paling mencolok dari sikap ekstrem.
  • Mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan Allah SWT.
  • Memperberat yang tidak pada tempatnya. Misalnya dengan memperkarakan sesuatu yang “berat” kepada orang yang baru masuk Islam.
  • Sikap kasar dan keras. Dalam Al-Qur’an hanya ada dua tempat untuk bersikap keras, yakni (1) di medan perang, “Perangilah orang-orang kafir sekelilingmu dan hendaklah mereka menemui kekerasanmu” (QS. 9:123) dan (2) dalam melaksanakan hukuman, “Janganlah kamu berbelas kasihan kepada keduanya (orang yang didera) sehingga mencegah kamu melaksanakan agama Allah…” (QS. 24 :2). Sementara dalam da’wah tidak ada tempat untuk sikap kasar dan keras.
  • Buruk sangka terhadap manusia. “Wahai orang-orang yang beriman, hindarilah olehmu dari kebanyakan prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa” (QS. 49 :12)
  • Terjerumus kedalam jurang pengkafiran. Ini puncak ekstremitas karena menggugurkan hak kehormatan orang lain dan menghalalkan jiwa dan harta mereka.*

Demikian kajian kita kali ini tentang Islam Itu Mudah dan Memudahkan. Wallahu a’lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post