Kenapa Mayoritas Penghuni Penjara Itu Muslim?

Kenapa Mayoritas Penghuni Penjara Itu Muslim?
SUATU ketika, seorang pendeta Prancis bertanya pada seorang mahasiswa Muslim di Yogyakarta: 

"Saya heran, mengapa setiap saya berkunjung ke penjara-penjara dan mewawancarai para narapinada, sebagian besar dari mereka mengaku beragama Islam. Apakah selemah itu Islam mengatur umatnya?" 

Dengan santai, mahasiswa itu menjawab: "Kalau (penjara) di Prancis, pasti napinya beragama Kristen...".

Jika ditelaah lebih dalam, dialog singkat yang dikutip Majalah An-Naba' di atas mengandung beberapa hal.
  1. Sang pendeta menyalahkan Islam atas ulah umatnya sehingga menjadi narapidana (penjahat). 
  2. Berkaitan dengan yang pertama, sang pendeta bukan satu-satunya orang yang menyalahkan Islam ketika umatnya berlaku jahat.
Kedua hal tersebut semakin menjustifikasi pernyataan tokoh mujtahid Islam, Muhammad Abduh: Al-Islamu mahjubun bil Muslimin (citra baik Islam terhalang atau ternodai oleh sikap kaum Muslim sendiri). 

Apalagi, seperti sang pendeta tersebut, banyak orang non-Muslim yang mengidentikkan Islam dengan umat Islam, atau menyamakan Islam dengan perilaku individual Muslim.

Ketika orang yang mengaku Muslim berbuat jahat, kita sepakat, bukan Islamnya yang salah atau tidak punya kekuatan mengatur perilaku umatnya agar berbuat baik dan benar. 

Akan tetapi si Muslim itu sendiri yang tidak benar atau tidak sungguh-sungguh keislamannya. Al-Quran sendiri menegaskan, "masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan" (2:208). Artinya, jika mengakui Islam sebagai agama anutan, kita diperintahkan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Islam.

Islam tidak membenarkan seorang Muslim menjalankan Islam setengah-setangah (parsial). Misalnya, dalam menjalankan ibadah ritual ia menyembah Allah SWT atau sesuai dengan tuntunan Islam seperti shalat dan puasa, namun ketika berpraktek ekonomi dan politik ia mengikuti sistem ekonomi dan politik non-Islam.

Islam hanya menghendaki dianut oleh mereka yang mau dan mampu istiqomah, yakni konsisten, commit, atau berpegang teguh pada ajaran Islam dalam perilaku kesehariannya. 

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Nabi Saw memberi nasihat pada seorang sahabatnya dengan "qul amantu billahi tsummas-taqim" (katakanlah, aku beriman pada Allah, kemudian beristiqamahlah!). Istiqamah merupakan istilah lain untuk merujuk pada pelaksanaan Islam secara menyeluruh (kaffah).

Merujuk pada kasus di atas, barangkali, dengan cara yang berbeda, kita pun telah "sulit diatur" oleh Islam, sehingga kita berperilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Islam. Tentu saja, hal itu berarti kita pun telah "menodai" Islam dan kemusliman kita sendiri.

Padahal, orang masuk Islam idealnya telah tercelup kepribadian, pola pikir dan pola hidupnya, dengan celupan Islam. Sehingga, "warna Islam" mendominasi kehidupan keseharian kita.

Istilah Al-Quran yang merujuk pada kemusliman yang kaffah adalah takwa. Oleh sebagian ulama, istilah ini didefinisikan sebagai "mengamalkan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya". Wallahu a’lam bish-shawabi.*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post