Pengertian & Implementasi Cinta Rasul

Cinta Rasul
Ada dua macam ekspresi cinta kepada Rasulullah Saw, yakni athfiyah dan Minhajiyah. Menjadikan beliau sebagai teladan dan shalawat juga bentuk Cinta Rasul.

MENCINTAI Nabi Muhammad Rasulullah Saw adalah kewajiban setiap Muslim. Kecintaan (mahabbah) kepada Rasul bahkan harus melebihi kecintaan kepada keluarga, kerabat, orang lain, dan harta kekayaan.

"Katakanlah: jika bapak bapak, anak anak, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah rumah tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rosul-Nya dan (dari) berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mandatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang fasik." (QS At-Taubah [9]:24).

Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Saw menyatakan: "Tidak beriman salah seorang dari kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada bapaknya, anaknya, atau seluruh manusia" (H.R. Bukhari).

Ketika Umar Ibn Khattab r.a. mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Tidaklah beriman seorang di antara kalian sehingga aku lebih ia cintai dari bapaknya, anaknya, dan dari semua manusia", ia berkata: "Demi Allah, wahai Rasulullah saw. sungguh Engkau telah aku cintai lebih dari semuanya, kecuali dari diri saya sendiri".

Mendengar ungkapannya Rasulullah Saw bersabda: "Tidak Umar, sampai Engkau mencintai aku melebihi cintamu terhadap dirimu sendiri". Umar menjawab: "Sekarang wahai Rasulullah Saw sungguh Engkau telah aku cintai melebihi diriku sendiri".

Pengertian Cinta Rasul

Cinta Rasul yakni menjadikan Rasulullah Saw sebagai suriteladan, sebagaiman ditegaskan dalam Al-Quran:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu, suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pertemuan dengan) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut (nama) Allah." – (QS. Al-Ahzab [33]:21).
 
Dalam ayat di atas disebutkan, mereka yang menjadikan Rasul sebagai teladan adalah orang-orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan Hari Kiamat serta banyak berdzikir kepada-Nya.

Implementasi Cinta Rasul

Dengan demikian, perwujudan utama Cinta Rasul adalah meneladani akhlak dan perilaku Rasulullah Saw dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Akhlak dan perilaku Nabi Muhammad Saw terangkum dalam sifat-sifatnya yang mulia, yakni: 
  1. Shiddiq --jujur, selalu berkata benar, dan membela kebenaran. Mustahil berbohong.
  2.  Amanah --terpercaya, dapat dipercaya. Mustahil khianat.
  3. Tabligh --menyampaikan kebenaran. Mustahil menutupi kebenaran.
  4. Fathohat --smart, cerdas, piawai mengatasi masalah dan menyikapi situasi-kondisi.
 

Shalawat sebagai Wujud Cinta Rasul

Sering membaca shalawat adalah juga wujud kecintaan kepada Rasulullah Saw. Shalawat yaitu mendoakan keselamatan dan menjunjung kemuliaan beliau Saw.

Imam Bukhari menyebutkan, daripada Ka’ab bin ‘Ajrah, yang berkata bahwa Nabi Saw ditanya: “Ya Rasulullah, salam kepada tuan telah kami ketahui, namun bagaimana dengan shalawat?” Rasulullah Saw menjawab, “Katakanlah oleh kamu, ‘Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa’ali Muhammad.”

Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Ya Rasulullah, ini adalah salam, namun bagaimana kami mengucapkan sholawat kepada tuan?” Rasulullah menjawab, “Katakanlah oleh kamu ‘Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa‘ali Muhammad.”

Dalam Al-Quran disebutkan: 
نَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi, dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." – (QS.33:56).

Seorang muslim yang cinta Rasul juga akan selalu mengucapkan shalawat saat mendengar nama Muhammad Saw disebut:

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Celakalah orang yang ketika namaku disebut, dia tidak bershalawat untukku.” (HR. Ahmad dan Turmudzi).

الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ، ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Orang yang bakhil (kikir) adalah orang yang ketika namaku disebut, dia tidak bershalawat untukku.” (HR. Ahmad).

Dua Macam Cinta Rasul 

Ada dua macam ekspresi cinta kepada Rasulullah. 

Pertama, Athfiyah. 
Cinta ini bersifat emosional, bergelora, dan penuh kehangatan yang melahirkan ghirah dan kesiapan untuk membela atau melindungi. 

Dengan cinta athfiyah umat Islam tidak akan membiarkan pribadi Rasulullah dihina, dilecehkan, atau dihujat orang. 

Kedua, Minhajiyah. 
Cinta jenis ini bukan semata-mata perasaan, tetapi lebih dari itu ditunjukkan dalam bentuk perbuatan menaati aturan Islam dan menjalankan Sunah Rasulullah Saw.

Umat Islam sering "diuji coba" kecintaannya kepada Rasulullah oleh mereka yang menghujat beliau. Padahal, sebagaimana umumnya cinta, ia dapat menjadi sebuah kekuatan dahsyat bak badai yang bergelombang siap menghempas kapal besar sekalipun.

Sebagai umat Islam yang mencintai Rasulullah, kita hendaknya selalu waspada akan adanya pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan kekuatan cinta itu untuk kepentingan mereka.
Cinta mendorong seseorang untuk siap membela, melindungi, dan menuruti apa saja kemauan orang yang dicintai itu.

Kekuatan cinta (power of love) dapat menghilangkan rasa takut, menimbulkan kekuatan dahsyat, motivasi, dan kesiapan mengerahkan segala daya. Wallahu a'lam bish-shawabi. Alloohumma sholli 'alaa Muhammad.... (www.risalahislam.com).*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post