Puasa Arafah - Puasa Sunah Menjelang Idul Adha

Puasa Arafah - Puasa Sunah Menjelang Idul Adha
Puasa Arafah - Puasa Sunah Menjelang Idul Adha Tanggal 9 Dzulhijjah

TIAP menjelang Idul Adha atau Idul Qurban, umat Islam disunahkan memperbanyak puasa sunah, khususnya puasa sehari sebelum Idul Adha, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah, yang dikenal dengan sebutan Puasa Arofah.

Disebut Puasa Arafah karena 9 Dzulhijjah umat Islam yang tengah melaksanakan ibadah haji berkumpul di Padang Arofah untuk Wukuf guna mengenang  mengingati kembali peristiwa di mana Adam dan Hawa telah diturunkan ke bumi.

Puasa tanggal 9 Dzulhijjah dikenal dengan sebutan Puasa Arafah. Puasa Arafah selalu dilakukan Nabi Muhammad Saw.

Aku berharap atas Allah dengannya (puasa arofah) akan menghapuskan dosa tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya” (HR. Muslim).

“Puasa hari Arofah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Assyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas.” (HR. Muslim)

Dalam bulan ini ada juga yang disebut puasa sunah Tarwiyah. Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah, yakni tanggal 8 Dzulhijjah.

Namun, para ulama hadits menyatakan, hadits tentang tarwiyah ini lemah atau dhoif (kurang kuat riwayatnya).

Kebanyakan ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif tersebut dengan tujuan fadla’ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan amal baik), dan selama hadits tersebut tidak berkaitan dengan masalah akidah dan hukum.

Disyariatkan pula pada hari-hari menjelang Idul Adha memperbanyak takbir (Allahu Akbar), tahmid (Alhamdulillah), dan tahlil (Laa ilaha ilallah) berdasarkan sabda Nabi Saw:

“Tidak ada hari-hari yang lebih mulia di sisi Allah dan dicintai oleh-Nya untuk beramal shalih padanya daripada hari-hari yang sepuluh ini, maka perbanyaklah oleh kalian padanya tahlil, takbir, dan tahmid” (HR. Ahmad). (Sumber: Majmu Fatawa Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz).  

Sejarah Arafah

Arafah adalah padang pasir yang menyimpan sejarah manusia. Dahulu, Nabi Ibrahim mengharapkan kelahiran anak.

Jauh sebelum kehidupan Nabi Ibrahim a.s., Padang Arafah menjadi petunjuk bagi Nabi Adam dan Siti Hawa. Setelah meninggalkan surga, keduanya hidup berpencar.

Malaikat mengarahkan mereka untuk menuju Arafah. Di sana keduanya harus bertaubat, memohon ampunan Allah atas dosa-dosa yang diperbuat.

Adam dan Hawa telah memakan buah Khuldi yang dilarang, sehingga mereka meninggalkan surga. Kemudian hidup di bumi.

Prof M Mutawalli asy-Sya'rawi dalam al-Hajjul Mabrur mengatakan, setelah Adam dan Hawa kembali bersama di Arafah, keduanya tak lagi berpisah hingga akhir hayat.

Keduanya sama-sama memohon ampunan Allah. Dalam Alquran disebutkan, "Keduanya berkata, Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS al-A'raf: 23).

Kemudian dikatakan, Adam dan Hawa telah mengetahui ('Arafa) dosanya. Mereka juga mengetahui caranya bertobat.

Kisah Ibrahim dan Adam sama-sama menyiratkan makna, Arafah adalah tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Manusia tak hanya memikirkan dirinya sendiri, atau orang lain. Mereka juga harus merenungkan dosa-dosa yang pernah diperbuat. Mereka kemudian memohon ampunan Allah, seperti yang dilakukan Adam, Hawa, dan Ibrahim, di Arafah. (ROL)

Kini Arafah menjadi tempat umat Islam berdiam diri atau berwukuf. Di sana, jamaah haji berzikir dan bertobat kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post