Keutamaan Bulan Rajab dan Amalan Sunahnya

Keutamaan Bulan Rajab dan Amalan Sunahnya


RAJAB adalah bulan ketujuh dalam kalender hijriyah. Bagi umat Islam, Rajab adalah bulan bersejarah

Kata  "rajab " berasal dari kata tarjib yang dalam bahasa Arab berarti "pemuliaan" atau "penghormatan" (to respect).  “Tarjib” juga artinya agung, tinggi, dan hebat.

Alasan di balik nama ini mungkin karena penghargaan tinggi yang diberikan orang Arab pada bulan ini.

Rajab juga termasuk bulan mulia (syahrul haram) bersama Muharram, Zulkaidah, dan Zulhijah.

Peristiwa terbesar di bulan Rajab adalah Isra Mi'raj, salah satu mu'jizat Nabi Muhammad Saw sekaligus turunnya perintah shalat sebagai kewajiban utama kaum muslim.

Rajab Bulan Mulia

Rajab termasuk bulan haram, yakni bulan yang dimuliakan Allah SWT, selain bulan Muharram, Zulkaidah, dan Zulhijah.

Keberadaan bulan mulia disebutkan dalam Al-Quran:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa. (QS. At-Taubah:36).

Dalam Tafsir Ringkas Kemenag RI disebutkan, ayat ini menginformasikan salah satu hukum Allah yaitu menambah hitungan bulan dalam setahun. 

Ayat menyatakan, bahwa sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah dalam satu tahun ialah dua belas bulan dengan mengikuti perputaran bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah sejak penciptaan alam ini, yakni pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. 

Di antaranya, yakni dua belas bulan tersebut, ada empat bulan haram atau yang dimuliakan, yaitu Zulqa'dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab. Itulah ketetapan agama yang lurus, yaitu bahwa empat bulan yang dimuliakan itu sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan oleh Allah, maka janganlah kamu menzalimi dirimu, baik melakukan peperangan (QS Al-Baqarah/2: 217), maupun perbuatan dosa lainnya, terlebih lagi dalam bulan yang empat itu, karena dosanya akan dilipatgandakan. 

Namun, larangan peperangan di bulan-bulan haram ini lalu dinasakh atau dihapus hukumnya dengan firman-Nya, dan perangilah kaum musyrik semuanya, sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya di mana saja dan kapan saja meski bertepatan dengan empat bulan yang semestinya dilarang untuk berperang itu. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.

Rajab sebagai salah satu bulan mulia ditegaskan Nabi Saw dalam hadits:

“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (Akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Menurut Ibnu ‘Abbas, melakukan maksiat pada bulan–bulan tersebut dosanya akan lebih besar dan amalan saleh (kebaikan) yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.

Keutamaan Bulan Rajab: Bulan Bersejarah

Keutamaan bulan Rajab adalah bulan bersejarah. Setidaknya ada empat peristiwa penting dalam sejarah Islam di bulan ini, yaitu Isra Mi'raj, Perang Tabuk, Penaklukkan Yerusalem, terkait Khilafah Islam.

1. Isra Mi'raj

Tanggal 27 Rajab, Rasulullah SAW melakukan perjalanan malam hari dari Masjid Haram (Makkah) ke Masjid Al-Aqsha (Palestina), dan naik ke Sidratul Muntaha untuk menerima perintah shalat lima waktu.

Peristiwa ini dikenal dengan Isra' Mi'raj. Umat Islam biasa memperingatinya dengan pengajian atau tablig akbar, salah satunya membahas shalat. (Baca: Tiga Golongan Musholli).

Dengan demikian, Rajab merupakan bulan Allah SWT mewajibkan sholat lima waktu bagi umat Islam.

2. Perang Tabuk

Perang Tabuk adalah peperangan terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW tahun 9 Hijriyah. Perang terjadi akibat rencana Raja Romawi yang akan menyerang Madinah dengan pasukan yang besar melalui Syam.

Menjelang pertempuran inilah Abu Bakar ra mengorbankan seluruh hartanya, sehingga ketika ia ditanya oleh Nabi SAW, “Apa yang kamu tinggalkan di rumahmu? Ia menjawab, “Kutinggalkan Allah dan Rasul-Nya bersama mereka.”

Kemenangan pasukan Islam dalam pertempuran Tabuk menandai selesainya otoritas Islam atas seluruh Semenanjung Arab.

Sebanyak 30.000 pasukan Muslim menggentarkan tentara Romawi yang telah berada di Tabuk. Ketika mendengar jumlah tentara Muslim yang dipimpin langsung Rasulullah Saw, tentara Romawi bergegas kembali ke Syam.

Hal ini menyebabkan penaklukan Tabuk menjadi sangat mudah dan dilakukan tanpa perlawanan. Rasulullah SAW menetap di tempat ini selama sebulan.

Beliau mengirimkan surat kepada para pemimpin dan gubernur di bawah kendali Romawi untuk membuat perdamaian. Pemimpin daerah Romawi menyetujuinya dan membayar Jizyah.

3. Pembebasan Yerusalem

Pembebasan Yerussalem (Baitul Maqdis) dari tentara Salib Eropa yang telah memerintah selama hampir satu abad. Peristiwa penting dalam Perang Salib ini terjadi pada bulan Rajab tahun 1187 M yang dipimpin oleh Salahuddin al Ayyubi.

Penaklukan ini bukan hanya karena pentingnya asasi Yerusalem dalam Islam, tetapi juga karena peran tentara salib dalam upaya untuk menaklukkan negeri-negeri Muslim.

Penaklukkan Yerusalem terjadi tanggal 20 September sampai 2 Oktober 1187. Salahuddin al Ayyubi mencapai Yerusalem dengan banyak pasukan, mendirikan kemah, dan memulai pengepungan.

Pada tanggal 21 September pasukan Salahuddin al Ayyubi mendapat perlawanan sengit. Pada malam 25 sampai 26 September, ia pindah kemahnya di Bukit Zaitun di sisi timur laut kota. Akhirnya pada tanggal 29 September pasukan Islam telah telah berhasil merobohkan dinding benteng.

Pertempuran berakhir dengan menyerahnya Yerusalem pada 2 Oktober 1187, bertepatan dengan tanggal 27 Rajab yaitu tanggal peringatan Isra' dan Mi'raj.

4. Berakhirnya Era Khilafah Islam

Pada 1924 M, bulan Rajab kembali menuliskan sejarah bagi umat Islam. Pada 28 Rajab, Khalifah Utsmaniyah (Ottoman Turki) dibubarkan oleh Mustafa Kemal Pasha atau Kemal At-Taturk.

Khalifah Utsmaniyah Turki merupakan khalifah terkahir umat Islam. Sejak saat itu, Mustafa Kemal mengubah Turki menjadi negara sekuler (Republik Turki). Karenanya, At-Taturk dikenal sebagai "tokoh sekulerisasi Turki".

Mustafa Kemal yang menjadi Presiden Turki menghapus semua syariah Islam dan mengganti hukum-hukum Islam dengan paham hukum Barat atau menetapkan paham sekuler pada negara tersebut.

Doa dan Amalan Sunah Bulan Rajab

Menurut jumhur ulama, tidak ada amalan khusus bulan Rajab. Tidak ada shalat khusus pada bulan Rajab, juga tidak ada puasa khusus, karena tidak ada tuntunan dari Nabi Saw. 

Dalam  Majmu’ Al Fatawa disebutkan:

"Melakukan puasa khusus di bulan Rajab, maka sebenarnya itu semua adalah berdasarkan hadits yang seluruhnya lemah (dho’if), bahkan maudhu’ (palsu). Para ulama tidak pernah menjadikan hadits-hadits itu sebagai sandaran. Bahkan, hadits-hadits yang menjelaskan keutamaannya adalah hadits yang maudhu’ (palsu) dan dusta.”(Majmu’ Al-Fatawa, 25/290-291).

Banyak tersebar di tengah-tengah kaum muslimin sebuah riwayat dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan, “Ketika tiba bulan Rajab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengucapkan, “Allahumma baarik lanaa fii Rojab wa Sya’ban wa ballignaa Romadhon [Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan]“.”

Hadits itu dikeluarkan oleh Ahmad dalam musnadnya, Ibnu Suniy dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah. Namun perlu diketahui bahwa hadits ini adalah hadits yang lemah (hadits dho’if) karena di dalamnya ada perowi yang bernama Zaidah bin Abi Ar Ruqod. Zaidah adalah munkarul hadits (banyak keliru dalam meriwayatkan hadits) sehingga hadits ini termasuk hadits dho’if. Hadits ini dikatakan dho’if (lemah) oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma’arif (218), Syaikh Al Albani dalam tahqiq Misykatul Mashobih (1369), dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Imam Ahmad.

Ada sejumlah amalan yang biasa dilakukan pada bulan Rajab, namun tidak ada dalil dan tuntunannya dari Nabi Saw. 

Amaliahnya hanya bersandar hadits lemah bahkan palsu, seperti yang mereka sebut sebagai Shalat Alfiyah,  Shalat Umi Dawud, Shalat Raghaib (Shalat Itsna 'Asyariyah), puasa sunnah khusus bulan Rajab (selain puasa sunnah Senin-Kamis atau Puasa Dawud).

Tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, tidak ada hadits shahih yang menentukan pasti (waktunya) malam Isra' Mi'raj, apakah di bulan Rajab atau selainnya. Setiap riwayat yang menentukan waktu terjadinya malam tersebut adalah lemah menurut para ulama hadits.

Jadi, apa yang harus dilakukan? Karena tidak ada petunjuk khusus dari Nabi Saw yang sahih (tidak ada shalat, puasa, atau amalah khusus untuk bulan Rajab dengan dalil yang sahih), maka sebaiknya setiap muslim beramal secara umum saja, yakni meningkatkan iman dan amal kebaikan, khususnya meningkatkan kualitas ibadah shalat yang perintahnya diturunkan di bulan Rajab. 

Demikian Keutamaan Bulan Rajab dan Amalan Sunahnya.Wallahu a’lam bish-shawab. Sumber: Sirrah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Ensikopedia Islam; Republika.

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post