"Tuntutlah Ilmu Sampai Ke Negeri China" adalah hadits populer di kalangan umat Islam, namun juga sarat kontroversi. Para ahli hadits menyebutnya sebagai hadits lemah bahkan palsu. Berikut ini haditsnya:
اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Artinya: Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China.
Mayoritas ulama ahli hadits menilai bahwa hadits "Tuntutlah Ilmu Sampai Ke Negeri China" ini adalah hadits dho’if (lemah) dilihat dari banyak jalan.
Secara substansial atau maknanya, hadits ini menunjukkan wajibnya menuntut ilmu meski harus pergi jauh seperti ke negeri China.
Syaikh Isma’il bin Muhammad Al ‘Ajlawaniy rahimahullah telah membahas panjang lebar mengenai derajat hadits ini dalam kitabnya ‘Mengungkap kesamaran dan menghilangkan kerancuan terhadap hadits-hadits yang sudah terkenal dan dikatakan sebagai perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam’ pada index huruf hamzah dan tho’.
Syaikh Isma’il bin Muhammad Al ‘Ajlawaniy rahimahullah telah membahas panjang lebar mengenai derajat hadits ini dalam kitabnya ‘Mengungkap kesamaran dan menghilangkan kerancuan terhadap hadits-hadits yang sudah terkenal dan dikatakan sebagai perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam’ pada index huruf hamzah dan tho’.
Dalam kitab beliau tersebut, beliau mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Khotib Al Baghdadi, Ibnu ‘Abdil Barr, Ad Dailamiy dan selainnya, dari Anas radhiyallahu ‘anhu.
Ia menegaskan lemahnya periwayatan hadits ini. Dinukil pula dari Ibnu Hibban, ia menyebutkan tentang batilnya hadits ini. Sebagaimana pula hal ini dinukil dari Ibnul Jauziy. Ia memasukkan hadits ini dalam Mawdhu’at (kumpulan hadits palsu).
Dinukil dari Al Mizziy bahwa hadits ini memiliki banyak jalan, sehingga bisa naik ke derajat hasan.
Adz Dzahabiy mengumpulkan riwayat hadits ini dari banyak jalan. Beliau mengatakan bahwa sebagian riwayat hadits ini ada yang lemah (wahiyah) dan sebagian lagi dinilai baik (sholih).
Dinukil dari Al Mizziy bahwa hadits ini memiliki banyak jalan, sehingga bisa naik ke derajat hasan.
Adz Dzahabiy mengumpulkan riwayat hadits ini dari banyak jalan. Beliau mengatakan bahwa sebagian riwayat hadits ini ada yang lemah (wahiyah) dan sebagian lagi dinilai baik (sholih).
Status Hadits Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri China
Dengan demikian, semakin jelaslah bagi para penuntut ilmu mengenai status hadits ini. Mayoritas ulama menilai hadits ini sebagai hadits dho’if (lemah).Ibnu Hibban menilai hadits ini adalah hadits yang bathil. Sedangkan Ibnul Jauziy menilai bahwa hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu).
Adapun perkataan Al Mizziy yang mengatakan bahwa hadits ini bisa diangkat hingga derajat hasan karena dilihat dari banyak jalan, pendapat ini tidaklah bagus (kurang tepat). Alasannya, karena banyak jalur dari hadits ini dipenuhi oleh orang-orang pendusta, yang dituduh dusta, suka memalsukan hadits dan semacamnya. Sehingga hadits ini tidak mungkin bisa terangkat sampai derajat hasan.
Adapun Al Hafizh Adz Dzahabiy rahimahullah mengatakan bahwa sebagian jalan dari hadits ini ada yang sholih (dinilai baik). Maka kita terlebih dahulu melacak jalur yang dikatakan sholih ini sampai jelas status dari periwayat-periwayat dalam hadits ini.
Adapun perkataan Al Mizziy yang mengatakan bahwa hadits ini bisa diangkat hingga derajat hasan karena dilihat dari banyak jalan, pendapat ini tidaklah bagus (kurang tepat). Alasannya, karena banyak jalur dari hadits ini dipenuhi oleh orang-orang pendusta, yang dituduh dusta, suka memalsukan hadits dan semacamnya. Sehingga hadits ini tidak mungkin bisa terangkat sampai derajat hasan.
Adapun Al Hafizh Adz Dzahabiy rahimahullah mengatakan bahwa sebagian jalan dari hadits ini ada yang sholih (dinilai baik). Maka kita terlebih dahulu melacak jalur yang dikatakan sholih ini sampai jelas status dari periwayat-periwayat dalam hadits ini.
Namun dalam kasus semacam ini, penilaian negatif terhadap hadits ini (jarh) lebih didahulukan daripada penilaian positif (ta’dil) dan penilaian dho’if terhadap hadits lebih harus didahulukan daripada penilaian shohih sampai ada kejelasan shohihnya hadits ini dari sisi sanadnya.
Syarat hadits dikatakan shohih adalah semua periwayat dalam hadits tersebut adalah adil (baik agamanya), dhobith (kuat hafalannya), sanadnya bersambung, tidak menyelisihi riwayat yang lebih kuat, dan tidak ada illah (cacat). Inilah syarat-syarat yang dijelaskan oleh para ulama dalam kitab-kitab Mustholah Hadits (memahami ilmu hadits).
Seandainya hadits "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China" ini shohih, maka hadits ini sekadar motivasi untuk menuntut ilmu agama, walaupun sangat jauh tempatnya.
Tidak dimaksudkan sama sekali dalam hadits ini mengenai keutamaan negeri China, melainkan terkait lokasi atau tempat yang jauh dari negeri Arab. Negeri China adalah negeri yang sangat jauh sekali dari negeri Arab sehingga Nabi Muhammad Saw memisalkan dengan negeri tersebut. (Sumber: Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 22/233-234, Asy Syamilah)
Sumber: Rumaysho
Tidak dimaksudkan sama sekali dalam hadits ini mengenai keutamaan negeri China, melainkan terkait lokasi atau tempat yang jauh dari negeri Arab. Negeri China adalah negeri yang sangat jauh sekali dari negeri Arab sehingga Nabi Muhammad Saw memisalkan dengan negeri tersebut. (Sumber: Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 22/233-234, Asy Syamilah)
Sumber: Rumaysho
Post a Comment