ISIS Bukan Kelompok Pejuang Islam

Summary: Kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syria/Negara Islam Irak dan Suriah) BUKAN kelompok pejuang Islam. Mereka tidak berjuang untuk membela Islam dan kaum Muslim. ISIS tidak lain adalah kelompok bentukan intelijen Barat untuk menghancurkan citra Islam di mata dunia. 

ISIS tidak menunjukkan sifat dan sikap sebagai mujahid (pejuang pembela Islam dan kaum Muslim). Tidak membela Palestina, "dibiarkan" Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, dan dipimpin mantan intelijen Israel (Mossad) merupakan bagian dari FAKTA yang membuktikan ISIS BUKAN ISLAM.

FAKTA: ISIS Bukan Kelompok Pejuang Islam
KELOMPOK ISIS tiba-tiba muncul ke permukaan, di tengah gempuran membabi-buta militer Israel ke Gaza Palestina tahun lalu. Perhatian dunia pun teralihkan. Anehnya, di tengah kecaman dunia Islam atas Israel, ISIS malah "asyik sendiri", tidak ada komentar apalagi "aksi" untuk membela Muslim Palestina.

Menurut situs berita BBC, ISIS dibentuk pada April 2013. Jumlah anggota ISIS tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan memiliki ribuan anggota dari berbagai negara.

ISIS dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi yang tidak lain adalah agen Mossad Israel terdidik. "Elliot" adalah nama rekrutan Mossad Israel yang dilatih dalam bidang spionase dan perang psikologis untuk menghancurkan masyarakat Arab dan Islam.

Dikutip laman islamtimes.org, menurut sumber-sumber terpercaya dari bocoran dokumen Edward Snowden, Al-Baghdadi adalah seorang agen Mossad (dinas intelijen Israel) yang sangat terlatih bernama Elliot Shimon.

Simon Elliot alias Elliot Shimon alias Al-Baghdadi lahir dari dua orang tua Yahudi. Menurut laporan artikel situs Veterans Today (4/8/2014) berjudul "French Report ISIL Leader Mossad Agent", Al-Baghdadi adalah agen Mossad terdidik dan terlahir dari seorang ayah dan ibu Yahudi asli.

Rencananya, Elliot masuk ke jantung militer termasuk juga sipil dari negara-negara yang dinyatakan sebagai ancaman bagi Israel untuk menghancurkannya dan mempermudah mencaplok sesudahnya yang kemudian pengambilalihan negara oleh Zionis di seluruh wilayah Timur Tengah dalam rangka membangun proyek Israel Raya (Eretz Israel).

Strategi Sarang Lebah Amerika-Inggris-Israel

Dikutip Republika Online dari Global Research, sebuah organisasi riset media independen di Kanada, Snowden mengungkapkan, satuan intelijen Amerika, Inggris, dan Mossad Israel bekerja sama untuk menciptakan sebuah negara khalifah baru yang disebut dengan ISIS itu.

Snowden mengungkapkan, badan intelijen dari tiga negara tersebut membentuk sebuah organisasi teroris untuk menarik semua ekstremis di seluruh dunia. Mereka menyebut strategi tersebut dengan nama 'sarang lebah'.

Dokumen NSA yang dirilis Smowden menunjukkan bagaimana strategi sarang lebah tersebut dibuat untuk melindungi kepentingan zionis dengan menciptakan slogan Islam. Berdasarkan dokumen tersebut, satu-satunya cara untuk melindungi kepentingan Yahudi adalah menciptakan musuh di perbatasan.

Strategi tersebut dibuat untuk menempatkan semua ekstremis di dalam satu tempat yang sama sehingga mudah dijadikan target. Tak hanya itu, adanya ISIS akan memperpanjang ketidakstabilan di timur tengah, khususnya di negara-negara Arab.

Berdasarkan dokumen tersebut, pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi pun mendapatkan pelatihan militer setahun penuh dari Mossad, Israel. Al Baghdadi juga mendapatkan kursus teologi dan retorika dari lembaga intelijen zionis itu.

ISIS: Antek AS dan Zionis

Snowden bukan orang pertama yang mengatakan ISIS itu buatan Amerika dan Zionis. Sebelumnya, penulis dari Yordania, Ahmad Shafrar, dalam tulisannya di Harian Al-Watd, 5 Juli 2014, dan diterjemahkan oleh Ustadz Ali Ridha, menyatakan ISIS tak lain adalah "antek-antek Amerika dan Israel"!

Ahmad Shafrar menguaraikan anaisis dan argumentasinya dengan panjang lebar, sebagai berikut:

"Hakekat jihad untuk mendirikan negara Islam di Iraq dan Syam (ISIS) yang bermetamorfosis menjadi Khilafah Islamiyah, siapakah yg mendirikan, merencanakan, mengarahkan dan mendanainya?
Berdasarkan data dan analisinya, Shafrar menyimpulkan ISIS tidak lain adalah produk permainan kotor intelijen Barat dengan tujuan:

  1. Memperburuk citra Islam yang tiap tahun menyebar secara damai di seluruh negara Eropa, Amerika Utara, dan Selatan. 
  2. Memperlemah negara-negara Arab, khususnya negara Teluk, dangan cara politik pecah-belah. Hal ini untuk mengamankan pasokan minyak secara gratis dalam waktu yang lama dan memperbarui transaksi berikutnya. 
"Hakikat 'jihad' ISIS adalah kedustaan pers di stasiun TV lokal dan internasional, dan media-media sosial, untuk memobilisasi para pemuda yang frustasi lagi bodoh, dan memanfaatkan mereka seperti kayu bakar peperangan Amerika dan Zionis dalam rangka melaksanakan rencana-rencana dan konspirasi mereka (dengan menggunakan tangan orang lain tentunya) di negara-negara Arab. Mereka dipersembahkan sebagai korban kemanusiaan dalam perang mereka," papar Shafrar.

ISIS Bukan Islam

Bukan hanya ulama dan sejumlah tokoh Islam yang menegaskan ISIS bukan Islam. Tokoh negara Barat pun menyatakan hal yang sama.

Berikut ini sejumlah link berita yang menyebutkan ISIS bukan Islam:
  1. PM Inggris David Cameron: ISIS Bukan Islam
  2. Uskup Agung Jakarta: ISIS Bukan Islam yang Saya Kenal
  3. Menhan: ISIS Bukan Islam
  4. Imam Besar Istiqlal: ISIS Bukan Ajaran Islam
  5. Imam Besar Masjid Nabawi: ISIS Bukan Islam
  6. KH. Hasyim Muzadi, ISIS Bukan Islam
  7. ISIS Bentukan Amerika Serikat, Bukan Islam
Daya Tarik ISIS
Hasil pengkajian terbaru menunjukkan, ISIS mereka memiliki ang­gota sebanyak 20.000 orang dan 2.000 orang di antaranya berasal dari negara-negara Barat, seperti Prancis, Inggris, Jerman, Amerika Seri­kat dan lain-lain.

Mengapa mereka ter­tarik untuk bergabung dengan ISIS?

Cao Changqing dari The Epohtimes menyajikan hasil terbaru tentang ISIS itu dalam "Mengapa Pemuda Barat Bergabung dengan ISIS?".

Ringkasnya, ISIS adalah kelompok pecundang (looser) dan pengangguran. Para pemuda pengangguran, kaum marginal yang kecewa, dan mereka yang berjiwa radikal-pemberontak mudah tertarik bergabung dengan sesamanya di ISIS.

Wilayah Kekuasaan ISIS disebut sebagai "tanah suci para pecun­dang". Dilihat dari kondisi para pendukung ISIS dari Barat yang terungkap, kebanyakan dari mereka adalah kaum pecundang atau pengangguran yang tidak me­miliki kemampuan apa pun di negaranya.
Mereka tidak memiliki keahlian profesional apa pun, bahkan banyak yang tidak lulus SMA dan suka bermalas-malasan.

Sikap se­bagai "kaum pinggiran" yang tidak mendapat perhatian dari masyarakat itu membuat mereka memiliki perasaan anti masyarakat dan anti kapitalisme, sehingga sangat mudah untuk tertarik pada teori ekstrim sesat.

ISIS yang gembar-gembor menantang Barat, terutama dengan sikap barbarnya, telah memberi­kan semacam harapan bagi "kaum pecundang" di negara Barat ini, membuat mereka merasa dibutuhkan disana, memberi mereka peluang un­tuk melampiaskan kekesalan mereka yang merasa tidak puas, tidak senang, dan tidak adil dalam jangka waktu pan­jang dengan cara-cara yang kejam (seperti memenggal kepala).

Jadi, masih percaya ISIS itu Islam? Maka, jangan kaitkan ISIS dengan Islam karena menang ISIS bukan kelompok pejuang pembela kaum Muslim, tapi lebih merupakan kelompok radikal biasa yang mengatasnamakan Islam! Wasalam. (www.risalahislam.com, dari berbagai sumber).*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post