Pengertian Hamdalah: Bukan Sekadar Ungkapan Syukur

Pengertian Hamdalah: Bukan Sekadar Ungkapan Syukur


Hamdalah adalah salah satu kalimah thayibah berupa ucapan al-hamdu lillah yang berarti "pujian itu hanya untuk Allah. 

Secara bahasa (Indonesia), hamdalah artinya pujian kepada Allah; lafaz atau ucapan “alhamdulillahi rabbil ālamīn”.

Hamdalah merupakan ungkapan rasa syukur atau rasa terima kasih atas karunia dan nikmat Allah SWT. Salah satunya nikmat bersin sehingga jika bersih ucapkan hamdalah.

Ungkapan Syukur

Mengucapkan hamdalah merupakan manifestasi rasa syukur secara lisan, disertai ketulusan hati dan kesadaran bahwa semua nikmat yang diterima hakikatnya dari Allah SWT.

Kalimat lengkap hamdalah adalah Alhamdu lillahi robbil ‘alamin (ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ) sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Fatihah:2), yang artinya “Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.”

Makna alhamdu adalah pujian kepada Allah karena sifat-sifat kesempurnaan-Nya, juga karena perbuatan-perbuatan-Nya yang tidak pernah lepas dari sifat memberikan karunia atau menegakkan keadilan.

Perbuatan Allah senantiasa mengandung hikmah yang sempurna. Pujian yang diberikan oleh seorang hamba akan makin bertambah sempurna bila diiringi dengan rasa cinta dan ketundukkan kepada-Nya.

Allah SWT dipuji atas keindahan nam-nama-Nya dan kebaikan perbuatan-Nya (QS. 14:39, 27:15, 93).

Menurut Syekh Muhammad bin Abdul Wahab dalam Tafsir Al-Fatihah, alhamdu ialah “pujian secara lisan atas besarnya kebaikan yang dikehendaki-Nya”. 

Alhamdu itu lebih umum dari syukur karena mencakup kebaikan dan perbuatan baik-Nya. Allah terpuji atas nama-nama-Nya yang baik, Asmaul Husna, serta yang Allah ciptakan di awal dan di akhir.

وَقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا ࣖ

"Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya.” (QS Al-Israa:111). 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمٰتِ وَالنُّوْرَ ەۗ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ

"Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu." (QS Al-An’am:1).

Alif lam pada ucapan Al-Hamdu memberi makna penggabungan, yaitu segenap pujian kepada Allah semata dan tidak untuk selain-Nya. Maka setiap ucapan yang tidak dimaksudkan untuk makhluk, seperti penciptaan manusia, penciptaan pendengaran dan mata, langit dan bumi, rezeki, dan lainnya maka sudah jelas.

Pujian kepada makhluk hakikatnya pujian untuk Allah jua, selama disertai kesadaran semua makhluk adalah ciptaan-Nya. 

Itulah sebabnya diakhir dengan Rabbul ‘alamin, artinya adalah raja yang Maha Mengatur, raja segala sesuatu, dan Dia pula yang mengurus mereka.

قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَمَنْ يُّخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ الْاَمْرَۗ فَسَيَقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚفَقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ

“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"” (QS. Yunus:31). 

Bukan Sekadar Ungkapan Syukur

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, Abu Ja'far bin Jarir mengatakan, alhamdulillah berarti syukur kepada Allah SWT semata dan bukan kepada sesembahan selain-Nya, bukan juga kepada makhluk yang telah diciptakan-Nya, atas segala nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang tidak terhingga jumlahnya, dan tidak ada seorang pun selain Dia yang mengetahui jumlahnya. 

Hanya bagi Allah segala puji, baik di awal maupun di akhir.

Ibnu Jarir r.a. mengatakan, alhamdulillah merupakan pujian yang disampaikan Allah untuk diri-Nya sendiri. Di dalamnya terkandung perintah kepada hamba-hamba-Nya supaya mereka memuji-Nya. Seolah-olah Dia mengatakan, "Ucapkanlah alhamdulillah."

Ibnu Jarir menyebutkan, telah dikenal di kalangan para ulama mutaakhirin bahwa al-hamdu adalah pujian melalui ucapan kepada yang berhak mendapatkan pujian disertai penyebutan segala sifat-sifat baik yang berkenan dengan dirinya maupun berkenan dengan pihak lain. 

Asy-syukur tiada lain kecuali dilakukan terhadap sifat-sifat yang berkenaan dengan lainnya, yang disampaikan melalui hati, lisan, dan anggota badan.

Diriwayatkan dari al-Aswad bin Sari, katanya, aku berkata kepada Nabi saw, "Ya Rasulullah, maukan engkau aku puji dengan berbagai pujian seperti yang aku sampaikan untuk Rabb-ku, Allah Tabaraka wa Ta'ala." 

Maka beliau bersabda, "Adapun, (sesungguhnya) Rabb-mu menyukai pujian (al-hamdu)." (HR Imam Ahmad dan Nasa'i).

Diriwayatkan Abu Isa, at-Tirmizi, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah, dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Sebaik-baik zikir adalah kalimat Laa ilaaha illaa Allah, dan sebaik-baik doa adalah alhamdulillah."

Menurut at-Tirmizi, hadis ini hasan gharib. Dan diriwayatkan Ibnu Majah dari Anas bin Malik ra, katanya, Rasulullah saw bersabda, 

"Allah tidak menganugerahkan suatu nikmat kepada seorang hamba, lalu ia mengucapkan, alhamdulillah, melainkan apa yang diberikan-Nya itu lebih baik daripada yang diambil-Nya."

Alif dan lam pada kata alhimdu dimaksudkan untuk melengkapi bahwa segala macam jenis dan bentuk pujian itu hanya untuk Allah semata.

Arrabb adalah pemilik, penguasa, dan pengendali. Menurut bahasa, kata rabb ditujukan kepada tuan dan kepada yang berbuat untuk perbaikan. Semuanya itu benar bagi Allah Ta'ala. Kata ar-rabb tidak digunakan untuk selain dari Allah kecuali jika dibenarkan tambahan dengan kata lain setelahnya, misalnya rabbuddar (pemilik rumah). Sedangkan kata ar-rabb (secara mutlak), maka hal itu hanya boleh digunakan untuk Allah SWT.

Ada yang mengatakan, bahwa ar-rabb itu merupakan nama yang agung (al-ismul a'zham). Sedangkan al'alamin adalah bentuk jamak dari kata 'alamun yang berarti segala sesuatu yang ada selain Allah SWT. 'Alamun merupakan jamak yang tidak memiliki mufrad (bentuk tunggal) dari kata itu. Al'awalim berarti berbagai macam makhluk yang ada di langit, bumi, daratan, lautan. Dan setiap angkatan (pada suatu kurun/zaman) atau generasi disebut juga alam.

Bisyr bin Imarah meriwayatkan dari Abu Rauq dari adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas, "Alhamdulillahirabbil 'alamin. Artinya, segala puji bagi Allah pemilik seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi serta apa yang ada di antara keduanya ini adalah kepunyaan-Nya, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui."

Az-Zajjaj mengatakan, al'alam berarti semua yang diciptakan oleh Allah di dunia dan di akhirat.

Sedangkan al-Qurthubi mengatakan, apa yang dikatakan az-Zajjaj itulah yang benar, karena mencakup seluruh alam (dunia dan akhirat).

Menurut penulis (Ibnu Katsir) al'alam berasal dari kata al'alamatu, karena alam merupakan bukti yang menunjukkan adanya Pencipta serta keesaan-Nya. Sebagaimana Ibnu al-Mu'taz pernah mengatakan, "Sungguh mengherankan, bagaimana mungkin seorang bisa mendurhakain Rabb, atau mengingkari-Nya, padalah terdapat dalam segala sesuatu, ayat untuk-Nya yang menunjukkan bahwa Dia adalah Esa."

Demikian Pengertian Hamdalah: Bukan Sekadar Ungkapan Syukur. Wallahu a’lam bish-shawab.

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post