Tuhan, Saiton, dan Arti Sebuah Nama

Tuhan, Saiton, dan Arti Sebuah Nama
Munculnya kasus nama "Tuhan" dan "Saiton" karena mengabaikan panduan Islam dalam soal memberi nama anak.

PUBLIK dalam seminggu terakhir ini dihebohkan dengan keberadaan orang yang bernama Tuhan (42 Thn) dan Saiton (39 Thn). Keduanya nama resmi, tercantum di Kartu Tanda Penduduk (KTP) keduanya.

Masyarakat dibuat "gagal paham", mungkin juga 'takjub" atas keberanian orangtua memberi nama Tuhan dan Saiton. Tidak kalah mengherankannya, aparat berwenang, tokoh agama, atau tetangga dan kerabat, melakukan "pembiaran" terhadap penamaan anak dengan nama Tuhan dan Saiton itu.

Kita tidak perlu menghujat karena kemungkinan orangtua mereka awam, tidak paham, soal aturan atau etika pemberian nama.

Nama Tuhan
Seperti diberitakan media, Tuhan (42 th) adalah seorang pria asal Banyuwangi yang bekerja sebagai tukang kayu. Tak diketahui mengapa orangtuanya memberi nama Tuhan, tapi di KTP-nya tertulis nama TUHAN.

Menurut pria kelahiran 1973 itu, dirinya tak ada masalah dengan nama Tuhan. Masyarakat juga sudah menerima. Dia sendiri biasa disapa "Pak To" atau "Pak Han".

Bapak dua anak suami Khusnul Khotimah itu pun tak mengerti alasan orang tuanya dulu memberinya nama Tuhan. Tetapi, selama ini, masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya tidak terlalu heboh dengan nama unik yang dimilikinya.

Nama Saiton

Tak lama setelah heboh nama Tuhan, muncul kabar seorang warga Desa Talang Jambe, Sukarami, Palembang, berusia 39 tahun bernama Saiton. Di KTP-nya tertulis jelas nama SAITON.

Berbeda dengan orangtua Tuhan yang tidak diketahu alasan memberi nama itu pada anaknya, orangtua Saiton memberi nama itu karena sepuluh saudaranya meninggal dunia saat masih kecil. Dia juga sempat sakit saat orangtuanya mengganti namanya.

Orangtua pria lulusan S2 Magister Administrasi Publik ini yakin, yang menggangu keluarga mereka adalah setan. Karena itu, anak terakhir diberi nama SAITON agar tidak diganggu.

Guru komputer itu pun mengaku tubuhnya merasa sakit panas dingin, setiap kali hendak mengganti nama Saiton. Karena hal itulah, Saiton menerima dengan ikhlas nama pemberian orangtuanya. “Walaupun namanya begitu, yang penting sifatnya nggak seperti itu, meskipun ustadz bilang nama itu adalah doa,” katanya.

Nasihat Ulama

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Abdussomad Bukhori mengimbau agar nama TUHAN diganti. Ia mengimbau kepada pemilik nama tersebut dan bagian kependudukan (pemerintah setempat) mengubah nama di KTP yang bersangkutan.

MUI beralasan karena Tuhan adalah nama yang baik, khawatir nanti malah muncul salah kaprah.
Menurutnya, nama jelek seperti Saiton juga tidak boleh. Ia mengingatkan hadits tentang kewajiban orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya.

Anggota MUI Pusat KH Aminudin Yakub mengatakan, nama-nama nyeleneh  tak baik disandangkan kepada manusia yang beriman.

Menurutnya, dalam ajaran Islam, sudah ada ketentuan bagaimana orangtua harus memberikan nama kepada anak-anaknya.

Dijelaskan, memberikan nama kepada anak layaknya sebuah doa atau harapan. "Memang ada ketentuan tentang bagaimana orangtua memberi nama kepada anaknya. Nama itu harus nama baik, yang dapat mengandung doa atau harapan untuk anaknya,” katanya.

Ia pun menilai mungkin pemberian nama yang tidak tepat itu faktor ketidaktahuan orangtua yang bersangkutan. Maksud dari orangtua bersangkutan mungkin baik, namun menjadi tidak baik ketika yang dipilih adalah nama Tuhan.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj meminta agar nama Tuhan dan Saiton dalam KTP dan panggilan sehari-hari diganti dengan nama lain, karena nama-nama itu tidak etis untuk digunakan manusia. “Nama-nama itu tidak etis dipakai manusia. Akan lebih baik kalau diganti namanya,” ujar Kyai Said.

Menurutnya, walau tidak mempunyai konotasi negatif, pemberian nama Tuhan merupakan sesuatu yang berlebihan. Apalagi Islam mengajarkan agar umat muslim memberikan nama yang mengandung arti baik dan tidak berlebihan.

“Nabi katakan begitu, berilah nama pada anak-anakmu sekalian dengan nama yang baik. Ya kalau gak mau ganti, tambah saja, supaya tidak terkesan Tuhan, misalnya Hamba Tuhan,” ungkap dia.

Panduan Islam tentang Pemberian Nama Anak

Islam mengajarkan agar orangtua memberi nama yang baik buat anak-anaknya. Nama merupakan refleksi doa dan harapan kepada sang anak. Jikapun tidak mengerti maknanya, setidaknya berilah anak nama yang indah dan berkonotasi positif.

Nama di dunia akan berlaku hingga akhirat. Di hari kiamat, manusia akan dipanggil dengan namanya yang digunakan selama dunia.
 
إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُمْ


“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian.”  (H.R. Abu Dawud, Ad-Daarimiy, Al-Baihaqi dll. dari Abu Darda. Menurut ulama ahli hadits, sanad hadits ini dha’if (lemah) namun maknanya benar).

Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan, “Barangsiapa yang mengamati sunnah, niscaya ia akan menemukan bahwa nama-nama yang ada berhubungan dengan pemiliknya. Seakan-akan ia memang diambil darinya sesuai dengan karakternya”.

Ketika mendengar nama yang baik, Rasulullah Saw turut mendoakannya. Diriwayatkan, ada seorang sahabat bernama Aslam (damai), maka Nabi pun berkata: “Saalamahallaah” (semoga Allah mendamaikan hidupnya).

Ketika ada seorang sahabat bernama Ghifaar (ampunan), maka Nabi pun berkata “Ghafarallaah” (semoga Allah mengampuninya).

Demikian halnya nama yang ada pada diri Rasulullah Saw, yaitu Ahmad atau Muhammad yang artinya "terpuji". Dalam diri Nabi pun terkandung sifat-sifat terpuji, terutama jujur (shiddiq), terpercaya (amanah), dan cerdas (fathonah).

Beberapa Nama yang Baik Ada beberapa nama yang baik dan dianjurkan digunakan umat Islam, di antaranya Abdullah (Hamba Allah) dan Abdurrahman (Hamba Yang Maha Pengasih).

"Sesungguhnya nama yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman” (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan lainnya).

Karena itu, di kalangan shahabat Nabi Saw saja, terdapat sekitar 300-an orang yang bernama Abdullah, seperti: Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, juga nama Abdurrahman seperti Abdurrahman bin Auf dan lainnya.

Selain Abdullah dan Abdurrahman, nama lain yang semakna dengan keduanya yaitu Abdurrahim (hamba dari Allah Yang Maha Penyayang), Abdul Aziz (hamba dari Allah Yang Maha Mulia), Abdul Malik (hamba dari Allah Yang Maha Berkuasa), dan yang lainnya.

Nama Para Nabi dan Orang Salih
Nama-nama para Nabi dan orang salih juga dianjurkan digunakan untuk nama anak. Nabi adalah orang-orang yang menjadi pilihan Allah agar menjadi panutan bagi manusia sehingga menggunakan namanya dimaksudkan agar memiliki sifat-sifat seperti itu,seperti Indris, Nuh, Shalih, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Su'aib, Harun, Musa, Isa, bahkan Muhammad.

Nama-nama orang salih antara lain dari kalangan sahabat Nabi, seperti seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Hamzah, Huzaifah, Ammar, dan sebagainya. Dari kalangan muslimah ada nama Khadijah, Aisyah, Fathimah, dan lainnya.

Dari kalangan generasi setelah sahabat ada nama-nama ulama seperti Bukhari, Muslim, Turmudzi, Shalahuddin, dan lainnya.

Anjuran Rasulullah Saw soal Nama
Rasulullah Saw menganjurkan umatnya untuk memberikan nama-nama pada anak-anaknya dengan nama yang mengandung makna kebaikan. Nabi Saw pernah menyebut nama seperti Harits (yang menjaga kebaikan) dan Hammam (kemauan yang kuat).

Dibolehkan juga menggunakan nama-nama lokal atau daerah, yang tetap mengandung makna kebaikan dan harapan, seperti Bejo (beruntung), Rana (enak dipandang), Rina (siang, penerang), Rendy (dilindungi), Rudy (cemerlang), dan sebagainya.

Semoga kasus nama Tuhan dan Saiton membuka wawasan kita tengan pentingnya sebuah nama dan panduan Islam tentang pemberian nama pada anak. Amin!  (http://www.risalahislam.com).*

Sumber: MINA

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post