Memberantas Bid'ah di Kalangan Umat Itu Sulit, Kenapa?

Memberantas Bid'ah di Kalangan Umat Itu Sulit, bahkan Lebih Sulit ketimbang memberantas kemaksiatan. Kenapa? 

Memberantas Bid'ah di Kalangan Umat Itu Sulit, Kenapa?
Soalnya, pelaku bid'ah (ahlul bid'ah) "merasa benar" sedangkan pelaku maksiat dalam hati nuraninya mengakui perbutannya salah. Jadi, bagaimana mungkin kita bisa mengingatkan orang yang merasa benar?

Simak saja pembelaan para pelaku bid'ah. Mulai dari bahwa tidak semua bid'ah itu sesat --padahal jelas dalam hadits Shahih disebutkan "kullu bid'atin dholalah" (semua bid'ah itu sesat), hingga justifikasi dengan rasio dan menggunakan dalil-dalil yang dianggapnya mendukung perbuatannya.

Maka, langkah terbaik adalah sekadar mengingatkan soal perbuatan bid'ah. Setelah itu, jangan melayani perdebatan, hindari perdebatan, karena ahli bid'ah tidak akan menerima argumentasi ahlus sunnah, karana ahli bid'ah akan merasa benar.

Ahli Bid'ah biasanya menjuluki ahli sunnah dengan "Salafi Wahabi". Padahal, salafi-wahabi hakikatnya penganut Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan pemegang teguh kemurdian ajaran Islam.

Lihat: 
Pengertian Salafi 
Pengertian Wahabi

Bid'ah adalah amalan ibadah (ritual) yang tidak ada dalilnya yang sahih dan tidak dicontohkan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat. (Baca: Pengertian Bid'ah)

Di kalangan umat masih ada (atau banyak?) yang beribadah tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw. Padahal, sunnah adalah acuan dalam beribadah.


Salah satu sifat utama seorang muslim sejati itu adalah ittiba’ (mengikuti) apa saja yang berasal dari Rasulullah Saw, baik dalam perkara ibadah, akhlaknya, aqidahnya, maupun muamalah.

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

"Dan apa saja yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kalian, maka ambillah (laksanakanlah), dan apa saja yang kalian di larang untuk mengerjakannya, maka berhentilah (tinggalkanlah)” (QS. Al-Hasyr: 7).

Sangat jelas, mengukuti Sunah Rasul itu perintah Allah SWT bagi setiap Muslim, sebagaimana diperkuat hadits:

“Apabila aku memerintahkan kalian dengan suatu perkara, maka kerjakanlah semampu kalian! Dan apa saja yang aku larang kalian dari mengerjakannya, maka jauhilah (tinggalkanlah)!” (Muttafaqun ‘alaih).

Perkara-perkara bid'ah banyak yang muncul dari "tradisi leluhur". Demikian pula tahayul dan khurafat. Hal ini juga disinyalir dalam Al-Quran, bahwa kaum kafir Quraisy melakukan apa yang dicontohnya pendahulunya:

Allah SWT berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ

"Dan jika dikatakan kepada mereka, marilah kalian kepada apa yang Allah turunkan kepada Rasul, niscaya mereka berkata, cukuplah bagi kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami berada padanya. Apakah (mereka tetap bersikap demikian) meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Maidah: 104).

Demikian pula ahli bid'ah sering berdalih yang mereka lakukan hanyalah meneruskan tradisi nenek-moyang atau pendahulunya, sudah dianggap adat-kebiasaan, meskipun bertentangan dengan ajaran Islam.

Semoga Allah SWT memberikan hidayah dan kekuatan kepada kita agar menjauhi bid'ah dan melaksanakan Sunnah. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post