Etika Berdoa, Adab Agar Doa Dikabulkan Allah SWT

Etika Berdoa, Adab Du'a Agar Permohonan Dikabulkan Allah SWT

DOA adalah permohonan atau permintaan kepada Allah SWT. Doa juga termasuk ibadah. Dalam memohon sesuatu kepada-Nya, kita harus mematuhi etika berdoa agar permohonan dikabulkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal tata cara atau prosedur pengajuan bantuan atau permohonan.

Demikian halnya dalam berdoa kepada Allah SWT ada adab, sopan-santun, atau etika yang harus diperhatikan. Misanya, saat doa dimudahkan segala urusan.

Etika Berdoa

Berkut ini adab dalam berdoa agar permohonan dikabulkan Allah SWT dan menjadi ibadah.

1. Menghadap Kiblat 

Berdoa sebaiknya dilakukan dengan menghadap kiblat, sebagaimana halnya sholat. Hal ini sebagaimana dilakukan Rasulullah Saw saat berdoa di Padang Arafah.

"Dari Jabir r.a., bahwa Nabi Saw ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam" (HR. Muslim).

2. Mengangkat Tangan (Opsional)

Dari Salman r.a., bahwa Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong (tidak dikabulkan)” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Ibnu Abbas r.a. mengatakan, bahwa Nabi Saw ketika berdoa, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap telapak tangan/tidak mengarahkan pandangan ke atas) (HR. Thabrani).

Namun, adab mengangkat tangan saat berdoa ini menjadi masalah kontroversial (khilafiyah), karena ada juga hadits shahih yang menyebutkan Nabi Saw tidak mengangkat tangan dalam berdoa, kecuali saat Shalat Istisqa (minta hujan).

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik r.a., disebutkan Nabi SAW tidak mengangkat kedua tangannya dalam doanya, kecuali dalam sholat istisqa'

3. Awali dengan Hamdalah dan Sholawat 

Sebelum ke inti permohonan, sebaiknya awali doa dengan hamdalah dan sholawat.

Bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah memuji Dzat yang diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya kita memuji Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul husna).

Nabi Saw pernah mendengar ada orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat. Kemudian beliau bersabda, “Orang ini terburu-buru.” Kemudian beliau bersabda,

إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد ربه جل وعز والثناء عليه ثم ليصل على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بما شاء

“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud).

4. Suara Lirih dan Tidak Dikeraskan

Allah SWT Maha Mendengar. Berdoa sebaiknya dilakukan dengan suara pelan, tidak dengan suara keras, sebagaimana firman Allah SWT:

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا

“Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)

Allah SWT memuji Nabi Zakariya a.s. yang berdoa dengan penuh khusyu’ dan suara lirih.

ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 2–3)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55).

Dari Abu Musa r.a. bahwa suatu ketika para sahabat pernah berdzikir dengan teriak-teriak (suara keras). Kemudian Nabi Saw mengingatkan:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ

“Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (HR. Bukhari)

5. Tidak Dibuat Bersajak (Puitis)

Doa yang terbaik adalah doa yang ada dalam Al-Qur'an dan Sunah. Kata-kata dalam doa sebaiknya tidak puitis layaknya sajak.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55).

Ada yang mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak.

6. Khusyu’

Doa hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh, merendahkan diri di hadapan Allah SWT, dan penuh harap.

Allah SWT berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoakepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)

7. Yakin Dikabulkan

Allah SWT menjamin akan mengabulkan semua doa hamba-Nya. Nabi Saw bersabda,

لا يقل أحدكم إذا دعا اللهم اغفر لي إن شئت اللهم ارحمني إن شئت ليعزم المسألة فإنه لا مُكرِه له

“Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi Saw bersabda, “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban).

8. Mengerti Arti Doanya

Doa bisa dikemukakan dalam bahasa apa saja. Allah SWT Maha Mengerti. Namun, jika berdoa dengan bahasa Arab, maka pahamilah arti doa tersebut. Hal ini akan membantu kekhusyuan dan kesungguhan dalam berdoa.

Di antara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar bahwa dia sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah r.a., Nabi Saw bersabda,

ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه

“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi).

Banyak orang yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu isi doa yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya dia ucapkan tanpa direnungkan isinya.

9. Mengulang-Ulang Permohonan 

Boleh mengulang permohonan dalam doa. Misalnya, "Ya Allah, ampunilah hamba-Mu, ampunilah hamba-Mu, ampunilah hambu-Mu ya Allah...."

Pengulangan semacam itu menunjukkan kesungguhhannya dalam berdoa.

Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah Saw bila berdoa mengulangi tiga kali. Apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (HR. Muslim).

10. Tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan

Usai berdoa hindari perasaan atau pemikiran "mengapa doaku tidak dikabulkan" atau "kelihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku".

Nabi Saw bersabda:

يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى

“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa.

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi Saw bersabda:

لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، ما لم يستعجل، قيل: يا رسول الله وما الاستعجال؟ قال: يقول قد دعوت وقد دعوت فلم أر يستجيب لي، فيستحسر عند ذلك ويدع الدعاء رواه مسلم

“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud).

Sebagian ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting baguku.”

11. Hindari Mendoakan Keburukan

Allah SWT mencela manusia yang berdoa dengan doa yang buruk:

وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً

“Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11)

وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُم بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ

“Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka (binasa).” (QS. Yunus: 11)

Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan untuk dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa keburukan.

Dari Jabir radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا تدعوا على أنفسكم، ولا تدعوا على أولادكم، ولا تدعوا على خدمكم، ولا تدعوا على أموالكم، لا توافق من الله ساعة يسأل فيها عطاء فيستجاب لكم

“Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan.” (HR. Abu Daud)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم

“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim.” (HR. Muslim dan Abu Daud)

Demikian etia berdoa dalam Islam. Wallahu a'lam bish-shawabi. (Sumber)

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post