Mana yang Benar: Silaturahim atau Silaturahmi?

Silaturahmi adalah salah satu tradisi saat lebaran atau Idulfitri. Selain kata atau istilah silaturahmi, kaum muslim juga menggunakan istilah silaturahim atau shillaturrahiem. Mana yang benar, silaturahim atau silaturahmi?


Mana yang Benar: Silaturahim atau Silaturahmi?

Dua-duanya tepat dan benar. Istilah "silaturahmi" benar atau baku dari sisi bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, silaturahmi artinya tali persahabatan atau tali persaudaraan. (KBBI).


Istilah "silaturahim" (صلة الرحم) juga benar dan tepat dari sisi makna dan asal kata, yakni dari bahasa Arab shillah ar-rahim atau shillatul arham yang artinya menyambungkan kasih-sayang atau persaudaraan.


Jadi, sebenarnya tidak ada masalah dan tidak perlu meributkan, mana yang benar antara kata "silaturahmi" atau "silaturahim", karena ini hanyalan masalah urf (adat) berbahasa Indonesia. 


Karenanya berlaku kaidah: "Tidak ada perdebatan dalam istilah (jika hakihatnya sama)".


Bukan hanya soal "rahmi" atau "rahim", dari sisi penulisan ada juga silaturrahmi dan silaturrahim atau shilaturrahiem.

Pengertian Silaturahmi/Silaturahim

Silaturahim berasal dari dua suku kata. Silah, artinya "hubungan" dan "rahim" yang berarti "kasih sayang", "keluarga", atau "persaudaraam".


Jadi, silaturahim artinya menyambungkan atau mempererat hubungan kasih-sayang, hubungan kekeluargaan, atau huungan persaudaraan.


Kata rahim juga merujuk pada suatu organ dalam tubuh perempuan, yakni tempat kandungan janin. Arti asal rahim sendiri adalah 'kasih sayang.' Alhasil, silaturahim berarti 'hubungan kekeluargaan yang didasari rasa kasih sayang.'


Istilah silaturahmi juga berasal dari kata silah ('hubungan') dan rahmi. 


Rahmi itu berarti 'penyakit yang diambil dari rahim seorang perempuan sehingga perempuan itu tidak lagi bisa hamil' (Qamus al-Muhith, Juz II, halaman 317).


Maka dari itu, kalau kita artikan secara harfiah, silaturahmi akan berarti 'hubungan atau menghubungkan penyakit yang diambil dari rahim seorang ibu.'


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) biasa dipergunakan 'rahmi' bukan 'rahim'. Akibatnya, silaturahim dianggap tak baku.

Istilah Silaturahim dalam Al-Qur'dan dan Hadits

Istilah silaturahim --apalagi silatuhami-- tidak ada dalam Al-Qur'an dan hadits. Yang ada adalah istilah yang semakna dengan istilah tersebut, seperti yashillu rahimah, yang artinya menyambungkan tali persaudaraan.


Salah satunya dalam QS An-Nisa:1 dengan isltiah arhama.


يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (١)


"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."


Allah SWT memerintahkan silaturahim dalam firman-Nya:


وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا


“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36).


"Silaturahim“ disebut dalam banyak hadis, antara lain seperti berikut:


لا يدخلُ الجنةَ قاطعُ رحمٍ


“Tidak masuk surga orang yang memutus silaturahmi” (HR. Bukhari – Muslim).


من أحب أن يبسط له في رزقه، وينسأ له في أثره فليصل رحمه


“Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi” (HR. Bukhari – Muslim).


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”. [رواه البخاري ومسلم واللفظ للبخاري]


“Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya atau ditambahkan umurnya maka hendaklah ia menyambung kekerabatannya”.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ”. [رواه البخاري]


“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung kekerabatannya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbicara yang baik atau hendaklah ia diam”. [HR. al-Bukhari].


عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “إِنَّ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ مُتَمَسِّكَةٌ بِاْلعَرْشِ تَكَلَّمَ بِلِسَانٍ ذَلِقٍ: “اَللَّهُمَّ صِلْ مَنْ وَصَلَنِي وَاقْطَعْ مَنْ قَطَعَنِي”. فَيَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: “أَنَا الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ، وَإِنِّي شَقَقْتُ لِلرَّحِمِ مِنَ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ نَكَثَهَا نَكَثْتُهُ”. [أخرجه الهيثمي]


“Diriwayatkan dari Anas, diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: “Sesungguhnya rahim (kekerabatan) itu adalah cabang kuat di ‘Arsy berdoa dengan lisan yang tajam: “Ya Allah sambunglah orang yang menyambungku dan putuslah orang yang memutusku”. Maka Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Aku adalah ar-Rahman ar-Rahim. Sungguh Aku pecahkan dari namaKu untuk rahim (kekerabatan), maka barangsiapa menyambungnya niscaya Aku menyambung orang itu, dan barangsiapa memutuskannya pasti Aku memutuskan orang itu”.” [Diriwayatkan oleh al-Haitsami].


Demikian ulasan tentang silaturahi atau silaturahmi. Dua-duanya benar secara bahasa dan istilah, meski Kamus Bahasa menyebutkan silaturahmi adalah kata baku dalam bahasa Indonesia. Wallahu a'lam bish-shawabi.*


Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post