7 Jenis Ibadah Khusus Bulan Ramadhan

7 Jenis Ibadah Khusus Bulan Ramadhan


Puasa (shiyam/shaum) hanyalah satu dari 7 jenis ibadah khusus bulan Ramadhan. Selama bulan puasa, kaum muslim melaksanakan dua ibadah wajib, yaitu puasa dan zakat fitrah, dan lima ibadah sunah khas Ramadan.


Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriyah. Kata ramadan berasal dari akar kata bahasa Arab ramiḍa atau ar-ramaḍ yang berarti "panas yang menghanguskan" atau "kekeringan".


Berikut ini 7 Jenis Ibadah Khusus Bulan Ramadhan. Dimulai dengan shalat tarawih di malam pertama bulan Ramadhan dan diakhiri dengan "takbiran" menyambut Idul Fitri 1 Syawal. Shalat Idulfitri bukan bagian ibadah Ramadhan karena ia dilakukan pada bulan Syawal.


7 Jenis Ibadah Khusus Bulan Ramadhan

Jenis-Jenis Ibadah Khas Ramadhan adalah sebagai berikut.

1. Puasa 

Puasa --dalam hal ini puasa wajib-- adalah salah satu kewajiban umat Islam yang terangkum dalam Rukun Islam --Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, Haji. Puasa wajib ini hanya dilakukan selama bulan Ramadhan.


Puasa adalah tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan hal lain yang membatalkan puasa selama siang hari, yaitu mulai masuk waktu shalat Subuh hingga masuk waktu shalat Magrib. Tujuan puasa adalah takwa (QS Al-Baqarah:183). 


Dari segi kesehatan, manfaat puasa adalah kesehatan tubuh lebih terjaga dan dapat melakukan detoksifikasi atau pengeluaran racun dalam tubuh.


2. Shalat Tarawih

Shalat Tarawih adalah shalat sunnah minimal 8 rakaat plus shalat witir yang dilakukan setelah shalat Isya atau sebelum shalat Subuh.


Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari tarwihah (تَرْوِيْحَةٌ) yang diartikan sebagai "waktu sesaat untuk istirahat" --mengacu pada istirahat di antara empat rakaat atau dua rakaat.


Shalat tarawih adalah shalat malam khas bulan Ramadhan sebagai bagian dari aktivitas "mendirikan malam" (qiyamul lail) dan "mendirikan Ramadhan" (qiyamur ramadhan).


Tarawih berbeda dengan sholat tahajud. Tahajud secara bahasa berarti "tidur dan terjaga" yakni mendirikan salat di malam hari setelah tidur sebelum datang waktu shalat Subuh.


3. Tadarus

Tadarus adalah mengaji atau membaca Al-Qur'an hingga tamat (khatam). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tadarus artinya pembacaan Alquran secara bersama-sama (dalam bulan puasa)


Tadarus adalah amalan yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah, terutama di bulan suci Ramadhan, salah satunya karena di bulan Ramadhanlah diturunkannya wahyu (Al-Quran) pertama kali.


Malaikat jibril turun ke bumi menemui Nabi Muhammad Saw untuk membaca Al-Qur'an. Dalam berbagsi riwayat disebutkan, Nabi Saw selalu melakukan sema’an (membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur'an) bersama Jibril di bulan Ramadhan untuk "cek dan ricek" wahyu Allah Swt.


4. Sahur

Sahur adalah makan-minum sebelum masuk waktu Subuh atau sebelum memulai puasa. Ada berkah dan pahala dalam sahur.


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu. Dia berkata, Nabi SAW bersabda, "Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah." (H.R Bukhari & Muslim).


Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Barokah makan sahur amat jelas yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa." (Syarh Shahih Muslim, 7: 206).


5. Ta'jil

Ta'jil artinya menyengerakan berbuka puasa saat masuk waktu Maghrib. Menyegerakan berbuka puasa adalah salah satu bentuk menjalankan sunah Nabi Muhammad. Apabila telah diyakini sudah terbenam matahari, maka dianjurkan untuk segera berbuka. Usahakan berbuka terlebih dahulu sebelum mengerjakan salat Maghrib.


Orang yang menyegerakan berbuka puasa dicintai Allah SWT. Hal ini sesuai hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra.  


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ أَحَبَّ عِبَادِي إِلِيَّ أعجلُهم فِطْرًا". 


"Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda: Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang yang paling Aku cintai di antara hamba-hamba-Ku ialah orang yang paling segera berbuka."


"لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ" 


"Orang-orang masih tetap dalam keadaan baik selagi mereka menyegerakan berbuka" (Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim).


6. I'tikaf

I'tikaf adalah berdiam diri di masjid disertai dengan niat. Niat i'tikaf semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT.


Di bulan Ramadhan, iktikaf dilakukan pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan dengan tujuan utama mendapatkan "malam penentuan" atau Lailatul Qodar.


Hukum i'tikaf adalah sunah, tidak wajib. Kesunahan melakukan i'tikaf ini salah satunya disebut dalam hadits, bahwa i'tikaf dapat dikerjakan setiap waktu yang memungkinkan terutama pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ   الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ


"Dari Aisyah r.a. isteri Nabi s.a.w. menuturkan, “Sesungguhnya Nabi s.a.w. melakukan i’tikaf pada sepu¬luh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri-istrinya mengerjakan i’tikaf sepeninggal beliau”. (HR Bukhari dan Muslim).


“Siapa yang ingin beri'tikaf bersamaku, maka beri'tikaflah pada sepuluh malam terakhir.” (HR Ibnu Hibban).


7. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat wajib yang harus dikeluarkan sekali setahun yaitu saat bulan ramadhan menjelang idul fitri. Tujuannya untuk menyempurnakan ibadah puasa.


Zakat fitrah berarti menyucikan harta karena dalam setiap harta manusia ada sebagian hak orang lain.


Zakat fitrah berasal dari kata zakat al-fitr yang berarti asal ataupun suci. Oleh karena itu, arti zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan harta.


“Wajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan, kepada orang yang merdeka, hamba sahaya, laki-laki, perempuan dari kaum Muslimin.” (HR Bukhari dan Muslim).


Besaran zakat fitrah adalah beras atau makanan pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter per jiwa. Para ulama, di antaranya Shaikh Yusuf Qardawi telah membolehkan zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk uang yang setara dengan 1 sha' gandum, kurma atau beras.


Takbiran dan Shalat Idulfitri

Setelah 7 amalan atau jenis ibadah khas bulan Ramadhan di atas, kaum muslim melakukan "takbiran" atau membaca kalimat takbi "Allahu Akbar" pada hari terakhir Ramadhan atau malam 1 Syawal.


Mengagungkan Asma Allah (takbir) usai Ramadhan diperintahkan dalam Al-Quran:

"Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 185).


Takbiran sesuai sunnah Rasul dilakukan saat menuju tempat shalat Idul Fitri sampai selesai shalat ‘id.


"Ibn Abi Syaibah meriwayatkan Nabi Saw keluar rumah menuju lapangan, kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sahalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir." (HR. Ibn Abi Syaibah).


Dari Ummu Athiyyah RA berkata: "Kami dahulu diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para gadis juga keluar dan perempuan yang sedang haid pun keluar rumah. Mereka berada di belakang jemaah sholat, mereka bertakbir sebagaimana jemaah lain bertakbir, mereka berdoa dengan doa para jemaah, mereka berharap keberkahan hari itu." (HR. Bukhari).


An-Nawawi as-Syafii dalam Al Majmu mengatakan, “Pendapat mayoritas ulama adalah tidak ada takbiran saat malam Id. Takbiran hanya dilakukan saat berangkat menuju tempat shalat Id”.


Contoh dari Nabi Saw, "takbiran" atau mengucapkan kalimat takbir dilakukan dalam perjalanan menuju tempat shalat Id, bukan malam hari sebelum hari lebaran.


Demikian 7 jenis amalan khusus bulan Ramadhan. Namun demikia, tiga amalan yaitu puasa, sahur, dan tadarus juga bisa dilakukan di bulan selain Ramadhan terkait puasa sunah dan mendalami Al-Qur'an. Wallahu a'lam bish-shawab.*


Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post