Membangun Masjid Megah Tanda Akhir Zaman

Membangun Masjid Megah Tanda Akhir Zaman

Membangun masjid megah tanda akhir zaman. Hadits Nabi Saw ini populer ketika baru-baru ini ada dua masjid megah dibangun di Indonesia, yakni Masjid Raya Al Jabbar Bandung (Jawa Barat) dan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo (Jawa Tengah).

Masjid Megah Tanda Akhir Zaman

Para ulama berpendapat, salah satu tanda kiamat sudah dekat itu adalah orang berbangga-bangga dengan megahnya masjid tapi tak dimakmurkan dengan kegiatan jamaahnya. Nabi Muhammad Saw bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِي الْمَسَاجِدِ

“Kiamat tidak akan terjadi hingga manusia bermegah-megahan dalam membangun masjid,” (HR Abu Dawud).

Hadits tersebut antara lain terdapat dalam kitab Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar. Tanda kiamat adalah setiap orang akan saling bangga dengan bangunan masjidnya yang megah. Mereka berbuat riya’, sum’ah, dan gila pujiaan dengan kemegahan masjidnya yang ada.

Mengutip Arrisalah, ketika masjid telah dihias sedemikian rupa hingga membuat setiap mata yang memandangnya terkagum-kagum, maka secara perlahan peran dan fungsi masjid telah bergeser menjadi semacam tempat hiburan dan rekreasi.

Sesungguhnya Allah Swt. Menjadikan masjid sebagai tempat untuk beribadah (shalat dan dzikir) kepada-Nya. Sehingga orang-orang yang mendatanginya adalah mereka yang memiliki kerinduan kepada Allah Swt. dan melampiaskan kerinduannya dalam bentuk sujud dan ruku.

Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang berhak untuk memakmurkan masjid dengan shalat dan dzikir. Selain mereka tentu enggan untuk melakukannya. Maka, menjadi sangat wajar jika kedatangan orang-orang yang hanya ingin sekedar ‘melihat-lihat’ kemegahan masjid, jauh dari sifat mulia dan tidak akan mampu memakmurkan masjid.

Kedatangan para ‘pelancong masjid’ layaknya para artis yang berkunjung ke sebuah tempat hiburan. Kekaguman mereka bukan ditujukan kepada Allah yang telah memberikan berjuta-juta kenikmatan kepada mereka, melainkan kagum kepada arsitek dan perancang masjid yang dibangun. 

Kesibukan para wisatawan bukan pada ibadah apa yang terbaik jika berada di dalam masjid, melainkan pada; berapa biaya yang dihabiskan untuk membangun masjid, siapa desainer dan perancangnya, bahan apa saja yang digunakan dalam pembangunan, dan beragam pertanyaan yang sama sekali tidak berhubungan dengan ibadah.

Yang pertama kali dilakukan para wisatawan bukan melakukan shalat sunnah tahiyyatul masjid dua rakaat, akan tetapi yang mereka lakukan adalah mengeluarkan kamera digitalnya untuk memotret seluruh ruangan masjid dan berpose dibeberapa sudut masjid. Ironis.

Jika kita perhatikan saat ini banyak masjid dibangun dengan megah dan luas, akan tetapi setiap kali shalat berjamaah dilaksanakan kadang hanya satu shaf saja yang terisi penuh. Apalagi jika tiba waktu shalat Shubuh, satu shaf pun tidak penuh, hanya satu sampai lima orang saja yang mengisi shaf terdepan.

Dasar Membangun Masjid: Takwa

Sebuah masjid harus dibangun atas dasar takwa, yakni kebutuhan umat Islam untuk meningkatkan dan mengamalkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.

Takwa adalah dasar pembangunan masjid sebagaimana Masjid Nabawi di Madinah yang dibangun Rasulullah Saw setibanya di Madinah saat hijrah dari Makkah.

Masjid Nabawi memiliki tempat yang sangat istimewa di hati kaum muslimin. Hal ini karena masjid Nabawi dibangun di atas dasar takwa:

 لَمَسۡجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقۡوٰى مِنۡ اَوَّلِ يَوۡمٍ اَحَقُّ اَنۡ تَقُوۡمَ فِيۡهِ‌ؕ

"Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak jari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya..." (QS At Taubah:108).

Abu Said al-Khudri Radhiyallahu Anhu berkata, "Aku pernah menemui Rasulullah di rumah salah satu istrinya dan bertanya, "Ya Rasulallah, manakah di antara dua masjid (Masjid Nabawi atau Masjid Quba) yang dibangun di atas dasar takwa?" Beliaupun mengambil segenggam pasir, lalu dibuangnya kembali ke tanah, dan kemudian beliau bersabda, "Masjid kamu ini", yaitu Masjid Nabawi" (HR Muslim).

Imam An-Nawawi berkata, "Ini merupakan nas (dalil yang tegas dan jelas) bahwa Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun atas dasar takwa yang disebutkan dalam Alquran dan juga merupakan bantahan terhadap apa yang dikatakan oleh beberapa pakar tafsir bahwasanya masjid yang disebut dalam Alquran adalah Masjid Quba. Tujuan Beliau mengambil pasir dan menghempaskannya kembali ke tanah adalah untuk mempertegas dan menjelaskan kedudukan Masjid Nabawi" (Syarh Shahih Muslim).

Takmir Masjid

Masjid yang dibangun atas dasar takwa akan dimakmurkan oleh orang-orang beriman.

اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ

"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS. At-Taubah:18)

Menurut Imam Ibnul Jauzi pada kitab Zaadul Masiir, yang dimaksud memakmurkan masjid pada ayat ini adalah orang-orang yang selalu mendatangi masjid dan berdiam di dalamnya dalam rangka beribadah serta orang-orang yang membangun dan memperbaiki masjid.

Demikianlah membangun masjid megah tanda akhir zaman, bukan berarti tidak boleh. Hanya perlu diingat, masjid harus dibangun atas dasar takwa dan dimakmurkan.

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post