Pengertian Hikmah dalam Metode Dakwah

Pengertian Hikmah dalam Metode Dakwah

Dakwah adalah menyeru ke jalan Tuhan (Allah Swt) atau syariat Islam. Dalam Al-Qur'an Surat An-Nahl ayat 125 Allah Swt memberikan panduan metode dakwah.

ٱدْعُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ٰ سَبِيلِ رَبِّÙƒَ بِٱلْØ­ِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَٱلْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ ٱلْØ­َسَÙ†َØ©ِ ۖ ÙˆَجَٰدِÙ„ْÙ‡ُÙ… بِٱلَّتِÙ‰ Ù‡ِÙ‰َ Ø£َØ­ْسَÙ†ُ ۚ Ø¥ِÙ†َّ رَبَّÙƒَ Ù‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِÙ…َÙ† ضَÙ„َّ عَÙ† سَبِيلِÙ‡ِÛ¦ ۖ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِٱلْÙ…ُÙ‡ْتَدِينَ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS An-Nahl:125).

Allah Swt menyebutkan metode dakwah pertama yaitu bil-hikmah atau dengan al-hikmah (الْØ­ِÙƒْÙ…َØ©ِ). 

Kata hikmah secara umum dipahami sebagai bijaksana (wise). Dengan pengertian ini, dakwah harus dilakukan dengan bijak, sesuai dengan situasi dan kondisi, dengan cara dan bahasa yang bisa diterima dan mudah dipahami, juga sesuai dengan latar belakang objek dakwah (mad'u).

Para mufassir memahami kata hikmah di dalam Al-Qur‟an dengan berbagai makna. Di antaranya, dalam tafsir Ibnu Katsir,, hikmah adalah pemahaman dalam agama. 

Menurut Bisri Mustafa dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Ibriz Li Ma‟rifati Tafsir al-Qur‟an, menafsirkan kata hikmah dengan ilmu yang bermanfaat.

Kata hikmah di dalam Al-Qur‟an disebutkan sebanyak 20 kali. Lafadz hikmah dalam Al-Qur‟an banyak ditujukan kepada Nabi dan Rasul, yaitu hikmah yang mengandung arti as-Sunnah, pengetahuan tentang halal dan haram, dan mengenai rahasia yang tidak diketahui oleh orang awam. 

Dengan kelebihan yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul, maka mereka diberikan tugas oleh Allah Swt untuk menyeru dan mengajak manusia kepada jalanNya.

Berikut ini pengertian bilhikmah dalam beberapa tafsir tentang QS An-Nahl:124.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia:

Serulah (wahai rasul) oleh mu dan orang-orang yang mengikutimu kepada agama tuhanmu dan jalanNya yang lurus dengan cara bijakasana yang telah Allah wahyukan kepadamu di dalam al-qur’an dan -sunnah. Dan bicaralah kepada manusia dengan metode yang sesuai dengan mereka, dan nasihati mereka dengan baik-baik yang akan mendorong mereka menyukai kebaikan dan menjauhkan mereka dari keburukan. Dan debatlah mereka dengan cara perdebatan yang terbaik, dengan halus dan lemah lembut. sebab tidak ada kewajiban atas dirimu selain menyampaikan, Dan sungguh engkau telah menyampaikan, adapun hidayah bagi mereka terserah kepada Allah semata. Dia lebih tahu siapa saja yang sesat dari jalanNya dan Dia lebih tahu orang-orang yang akan mendapatkan hidayah.


Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Ajaklah -wahai Rasul- kepada agama Islam, kamu dan orang-orang beriman yang mengikutimu dengan cara yang sesuai dengan keadaan objek dakwah, pemahaman dan ketundukannya, melalui nasihat yang mengandung motivasi dan peringatan, debatlah mereka dengan cara yang lebih baik dari sisi perkataan, pemikiran dan pengkondisian. Kamu tidak bertugas memberi manusia hidayah, akan tetapi tugasmu hanya menyampaikan kepada mereka. Sesungguhnya Rabbmu lebih mengetahui siapa yang tersesat dari agama Islam dan Dia lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk, karena itu jangan sia-siakan dirimu dengan kesedihan mendalam atas mereka.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk menyuruh jin dan manusia menuju agama Islam dengan cara yang penuh kebijaksanaan sebagaimana yang telah Allah wahyukan kepadanya, dan memberi mereka pelajaran yang bermanfaat dengan penuh kelembutan, serta mendebat orang-orang yang menyelisihinya dengan cara yang baik dan dengan dalil-dalil yang kuat. Sungguh Allah Maha Mengetahui hamba-Nya yang ingin menuju jalan yang benar.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Surat An-Nahl ayat 125: Yang lurus; yang di dalamnya mengandung ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.

Hikmah artinya tepat sasaran; yakni dengan memposisikan sesuatu pada tempatnya. Termasuk ke dalam hikmah adalah berdakwah dengan ilmu, berdakwah dengan mendahulukan yang terpenting, berdakwah memperhatikan keadaan mad’u (orang yang didakwahi), berbicara sesuai tingkat pemahaman dan kemampuan mereka, berdakwah dengan kata-kata yang mudah dipahami mereka, berdakwah dengan membuat permisalan, berdakwah dengan lembut dan halus. Adapula yang menafsirkan hikmah di sini dengan Al Qur’an.

Yani nasehat yang baik dan perkataan yang menyentuh. Termasuk pula memerintah dan melarang dengan targhib (dorongan) dan tarhib (menakut-nakuti). Misanya menerangkan maslahat dan pahala dari mengerjakan perintah dan menerangkan madharrat dan azab apabila mengerjakan larangan.

Jika orang yang didakwahi menyangka bahwa yang dipegangnya adalah kebenaran atau sebagai penyeru kepada kebatilan, maka dibantah dengan cara yang baik; yakni cara yang dapat membuat orang tersebut mau mengikuti secara akal maupun dalil. Termasuk di antaranya menggunakan dalil yang diyakininya, karena hal itu lebih dapat mencapai kepada maksud, dan jangan sampai perdebatan mengarah kepada pertengkaran dan caci-maki yang dapat menghilangkan tujuan serta tidak menghasilkan faedah darinya, bahkan tujuannya adalah untuk menunjukkan manusia kepada kebenaran, bukan untuk mengalahkan atau semisalnya. 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan tingkatan (dalam) berdakwah sesuai tingkatan manusia; bagi orang yang menyambut, menerima dan cerdas, di mana dia tidak melawan yang hak (benar) dan menolaknya, maka didakwahi dengan cara hikmah. Bagi orang yang menerima namun ada sisi lalai dan suka menunda, maka didakwahi dengan nasehat yang baik, yaitu dengan diperintahkan dan dilarang disertai targhib (dorongan) dan tarhib (membuat takut), sedangkan bagi orang yang menolak dan mengingkari didebat dengan cara yang baik.”

Dia mengetahui sebab yang dapat mengarah kepada kesesatan, Dia mengetahui pula amal-amal yang timbul dari kesesatannya, dan Dia akan memberikan balasan terhadapnya.

Dia mengetahui orang yang cocok memperoleh hidayah, maka Dia menunjukkan mereka.

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Nahl Ayat 125

Usai menyebut keteladanan nabi ibrahim sebagai imam, nabi, dan rasul, dan meminta nabi Muhammad untuk mengikutinya, pada ayat ini Allah meminta beliau menyeru manusia ke jalan Allah dengan cara yang baik, wahai nabi Muhammad, seru dan ajak-lah manusia kepada jalan yang sesuai tuntunan tuhanmu, yaitu islam, dengan hikmah, yaitu tegas, benar, serta bijak, dan dengan pengajaran yang baik. 

Dan berdebatlah dengan mereka, yaitu siapa pun yang menolak, menentang, atau meragukan seruanmu, dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu yang maha memberi petunjuk dan bimbingan, dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dan menyimpang dari jalan-Nya, dan dialah pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk dan berada di jalan yang benar. 

Ayat ini memberi tuntunan kepada nabi Muhammad tentang tata cara berdakwah dan membalas perbuatan orang yang menyakitinya, dan jika kamu membalas terhadap siapa pun yang telah menyakiti atau menyiksamu dalam berdakwah, maka balas dan hukum-lah mereka dengan balasan yang sama, yakni setimpal, dengan siksaan atau kesalahan yang ditimpakan kepadamu; jangan kaubalas mereka lebih dari itu. Tetapi jika kamu bersabar dan tidak membalas apa yang mereka lakukan kepadamu, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar. (Sumber)

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post