Tafsir Al-Qur’an Surah Al-‘Ashr: Pentingnya Waktu, Iman, Amal Salih, dan Tausiyah

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-‘Ashr (Masa). Al-Quran Surah Makkiyyah; Surah ke 103.

Tafsir Al-Qur’an Surah Al-‘Ashr: Pentingnya Waktu, Iman, Amal Salih, dan Tausiyah
 
AL-QURAN SURAT Al-'Ahsr ini tergolong surat pendek, namun sarat makna. Ia berisi risalah Islam tentang pentingnya waktu, iman, amal salih, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Waktu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya karena ia takkan kembali. Waktu luang wajib diisi dengan hal-hal bermanfaat, jangan disia-siakan.

Iman adalah pangkal keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Iman yang sebenar-benarnya mendorong amal kebaikan (amal salih), minimal mengamalkan Rukun Islam sebagai ritual ibadah  orang beriman (umat Islam).

Berikut ini Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-‘Ashr:

‘Amr bin al-‘Ash pernah diutus untuk menemui Musailamah al-Kadzdzab. Hal itu berlangsung setelah pengutusan Rasulullah saw. Dan sebelum dia (‘Amr bin al-‘Ash) masuk Islam.

Musailamah al-Kadzab bertanya kepada ‘Amr bin al-‘Ash, “Apa yang telah diturunkan kepada sahabatmu ini (Rasulullah) selama ini?”

Dia menjawab, “Telah diturunkan kepadanya satu surat ringkas namun sangat padat.” Dia bertanya, “Surat apa itu?” Dia (‘Amr) menjawab: “Wal ‘ashr….[hingga akhir surah]…(“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr: 1-3)

Kemudian Musailamah berfikir sejenak, setelah itu ia berkata: “Dan telah diturunkan pula hal serupa kepadaku.”

Kemudian ‘Amr bertanya kepadanya, “Apa itu?” Musailamah menjawab: “Yaa wabriyaa wabr. Wa innamaa anta uzduunani wa shadr. Wa saa-iruka hafr naqr (hai kelinci, hai kelinci, sesungguhnya kamu memiliki dia telinga dan satu dada. Dan semua jenismu suka membuat galian dan lubang)”.

Kemudian dia bertanya: “Bagaimana menurut pendapatmu hai ‘Amr?” maka ‘Amr berkata kepadanya, “Demi Allah, aku tahu bahwa engkau telah berdusta.”

Wabr adalah binatang sejenis kucing, yang anggota badannya yang paling besar adalah keduua telinga dan dadanya, sedangkan anggota tubuh lainnya kurang bagus. Dengan halusinasi itu, Musailamah al-Kadzdzab bermaksud menyusun kalimat yang bertentangan dengan apa yang disampaikan al-Qur’an. Namun demikian, hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh seorang penyembah berhala pada saat itu.

Imam Syafi’i mengatakan: “Seandainya manusia mencermati surat ini (al-‘Ashr) secara seksama, niscaya surat ini akan mencukupi mereka.”

QS. Al-'Ashr:1-3


وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)


“Demi masa (1). Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran (3)”.

Al-‘Ashr berarti masa atau waktu yang di dalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan.

Imam Malik meriwayatkan dari Zaid bin Aslam: “Kata al-‘Ashr berarti shalat ‘Ashar.” Dan yang populer adalah pendapat pertama.

Allah Ta’ala telah bersumpah dengan masa tersebut bahwa manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar merugi dan binasa, kecuali:
  1. Orang-orang yang beriman 
  2. Mengerjakan amal shalih
  3. Saling menasehati dalam kebenaran
  4. Nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.

Download File Pdf Tafsir Ibnu Katsir QS Al-Ashr.

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post