Tafsir QS Al-Kautsar: Syukuri Nikmat, Shalat, Kurban, dan Telaga Al-Kautsar

Tafsir QS Al-Kautsar

Tafsir QS Al-Kautsar: Syukuri Nikmat, Shalat, Kurban, dan Telaga Al-Kautsar

Tafsir QS Al-Kautsar: Syukuri Nikmat, Shalat, Kurban, dan Telaga Al-Kautsar


AL-KAUTSAR adalah nama sungai di surga, telaga Nabi Muhammad Saw, sebagai simbol kenikmatan yang sangat banyak bagi para penghuninya.

Al-Kautsar secara bahasa artinya adalah nikmat yang banyak --dari kata katsir (banyak).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan:  

"Sesungguhnya Kami telah memberimu kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat. Karena itu, tulus ikhlaslah dalam menjalankan shalat wajib dan sunahmu serta dalam berkurban hanya untuk Rab-mu."

Surat Al Kautsar adalah surat yang berisi penjelasan akan nikmat yang banyak yang telah dianugerahkan pada Rasulullah Saw, berisi pula perintah untuk shalat dan berqurban hanya untuk Allah dan akibat dari orang yang membenci Rasulullah Saw.

Dalam Shahih Muslim, disebutkan, Anas r.a. berkata, "Suatu saat Rasulullah Saw di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?”


Rasulullah Saw menjawab:  “Baru saja turun kepadaku suatu surat.” Lalu beliau membaca,

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3). 

Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami. Rasulullah Saw bersabda,

فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ

“Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebgaian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah sesudahmu.” (HR. Muslim ).

Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasa'i.

Tafsir QS Al-Kaustar Al-Azhar Hamka

"Sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu sangat banyak.” (ayat 1).

Sesungguhnya sangatlah banyaknya anugerah dan kurnia Tuhan kepada engkau, ya Utusan-Ku! Tidaklah dapat dihitung berapa banyaknya kurnia itu, sejak dari Al-Qur’an yang diturunkan sebagai wahyu, nikmat yang diilhamkan sebagai hasil fikiran, nubuwwat dan kerasulan, penutup dari segala Rasul, rahmat bagi seluruh alam, pemimpin bagi ummat manusia, memimpinkan agama yang benar, untuk keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Semuanya itu, dengan cabang dan ranting dan ranggasnya, tidaklah dapat dihitung berapa banyaknya.

Selain dari itu ada juga tafsir yang lain dari Al-Kautsar itu. Dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Termidzi dan Abdullah bin Umar, Al-Kautsar adalah nama sebuah sungai di syurga. 


Dan dalam sebuah Hadis lagi yang dirawikan oleh Muslim dan shahihnya, diterimanya dengan sanadnya daripada Anas bin Malik: 

“Al-Kautsar nama sebuah sungai sebelum menjelang ke syurga, di sanalah ummat Muhammad akan minum bersama Nabi seketika akan meneruskan perjalanan ke dalam Syurga.”
  • Ikrimah menafsirkan Al-Kautsar ialah Nubuwwat. 
  • Al-Hasan mengatakan: “Al-Qur’an.” 
  • Al-Mughirah mengatakan: “Al-Islam.” 
  • Husin bin Fadhal mengatakan: “Kemudahan syariat.” 
  • Abu Bakar bin ‘Iyyasy dan Yaman bin Ri-ab mengatakan: “Banyak sahabat, banyak ummat, dan banyak pengikut.” 
  • Al-Mawardi: “Tersebut namanya di mana-mana.” 
  • Dan kata Al-Mawardi juga: “Cahaya bersinar dari dalam hatimu, menunjuk jalan menuju Aku dan memutuskan jalan yang selain Aku.”
  • Ibnu Kisan mentafsirkan: “Kasih-sayangmu kepada orang lain.” 
  • Al-Mawardi pula mengatakan: “Al-Kautsar ialah syafa’at yang dianugerahkan kepada engkau untuk melindungi ummatmu di akhirat.” 
  • Menurut Ats-Tsa’labi: “Suatu mu’jizat dari Tuhan, sehingga doa ummatmu yang shalih dikabulkan Tuhan jua.” 
  • Menurut Hilal bin Yasaf: “Al-Kautsar ialah dua kalimat syahadat: La Ilaha Illallah, Muhammadur Rasulullah.”
Banyak lagi [tafsiran mengenai pengertian al-kautsar] yang lain, sehingga ada yang mengatakan bahwa dapat memahamkan agama sampai mendalam, pun adalah Al-Kautsar. 

Bahkan, ada yang mengatakan bahwa sembahyang lima waktu pun adalah Al-Kautsar.

Dan semuanya itu bolehlah kita kumpulkan ke dalam Al-Kautsar, karena arti Al-Kautsar adalah sangat banyak buat dihitung:  


وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

“Dan jika kamu bilang-bilang nikmat Allah tidaklah kamu akan dapat menghitungnya.” (QS. Ibrahim:34).

“Sebab itu hendaklah engkau sembahyang karena Tuhanmu.” (pangkal ayat 2). Sedemikian banyaknya nikmat anugerah Allah kepada engkau, menyebabkan tempat engkau beribadat hanya Allah, tempat engkau bersembahyang hanya Dia, tiada yang lain. 


Karena nikmat tidak akan didapat dari yang lain: “Dan hendaklah engkau berkurban.” (ujung ayat 2).

Menurut Adh-Dhahhak yang diterimanya dari Ibnu Abbas, perintah sembahyang di sini ialah sembahyang fardhu yang lima waktu. 


Berkata Ibnu ‘Arabi: “Sembahyang lima waktu. Sebab dialah rukun ibadat seluruhnya dan itulah lantai Islam dan termasuk tonggak agama.” Tetapi oleh karena ujung ayat ini memerintahkan berkurban, maka menurut tafsir Said bin Jubair: “Sembahyang Subuhlah berjamaah, kemudian itu sehabis sembahyang sunnat ‘Idul-Adhha sembelihlah kurban.”

Ada lagi penafsiran lain, menurut Al-Qurthubi diterima dari Ali bin Abu Thalib dan Muhammad bin Ka’ab: “Bersembahyanglah untuk Tuhanmu dan hadapkanlah dada.” 


Sebab An-Nahr itu boleh diartikan menyembelih binatang ternak sebagai kurban di hari kesepuluh Dzul Hijjah yang dinamai juga Yaumun-Nahr, dan berarti pula dada! Maka mereka artikan: “Sembahyanglah karena Tuhanmu dan hadapkan dada ke kiblat dengan meletakkan tangan kanan atas tangan kiri di atas dada.”

Di mana kedua tangan itu diletakkan? Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, bahwa beliau meletakkan kedua tangan atas dadanya. Dan menurut Said bin Jubair dan Imam Ahmad bin Hanbal: di sebelah atas pusat.

Dan beliau berkata: : “Tidaklah salah kalau di sebelah bawah dari pusat.” – Ada pula riwayat lain dari Ali bin Abu Thalib, Abu Hurairah, An-Nakha’i dan Abu Mijlaz: “Di bawah dari pusat.” Demikian juga Ats-Tsauri dan Ishaq. (Semua terdapat dalam Tafsir Al-Qurthubi).

“Sesungguhnya orang yang membenci engkau itulah yang akan putus.” (ayat 3).

Menurut bahasa yang dipakai orang Arab kalau ada seseorang yang banyak anaknya, laki-laki dan perempuan, tiba-tiba anak-anaknya yang laki-laki meninggal semuanya di waktu kecil, orang itu dinamai Abtar. Yang kita artikan putus! Yaitu putus turunan.

Nabi kita Muhammad SAW mempunyai banyak putera dengan Khadijah, empat anak perempuan (Zainab, Ruqaiyah, Ummi Kultsum dan Fatimah). Dan anak-anak laki-laki beliau beri nama Abdullah dan Qasim dan Thaher. Dan setelah tinggal di Madinah beliau mendapat anak laki-laki pula, beliau beri nama Ibrahim. Tetapi anak laki-laki ini semuanya mati di waktu kecil, tidak ada yang sampai dewasa.

Menurut suatu riwayat dari Ibnu Ishaq, dari Yazid bin Rauman: “Al-‘Ash bin Wail selalu berkata mencemuhkan Nabi SAW: ‘Biarkan saja dia bercakap sesukanya. Diakan putus turunan! Kalau dia sudah mati nanti habislah sebutannya.’”

Menurut riwayat dari ‘Atha’, paman Nabi sendri, Abu Lahab yang sangat memusuhi Nabi, setelah mendengar bahwa anak laki-laki Nabi telah meninggal, dia pergi menemui kawan-kawannya sesama musyrikin dan berkata: “Sudah putus turunan Muhammad malam ini!”

Menurut suatu riwayat pula dari Syamr bin ‘Athiyyah: “Uqbah bin Abu Mu’ith pun setelah mendengar anak laki-laki Rasulullah meninggal, dengan gembira berkata: “Putuslah dia!”

Rupanya ratalah menjadi penghinaan pada waktu itu atau pelepaskan sakit hati bagi musuh-musuh beliau kaum musyrik, termasuk paman beliau sendiri Abu Lahab. Karena anak laki-laki beliau telah mati, habislah putus dan pupus turunan Muhammad dan tidak akan ada sebutannya lagi.

Maka turunlah ayat ini: “Sesungguhnya orang-orang yang membenci engkau itulah yang akan putus.” Sedang engkau sendiri tidaklah akan putus.

Mereka telah mencampur-adukkan kebenaran agama dengan kekayaan dan keturunan. Mentang-mentang Muhammad SAW tidak mempunyai keturunan laki-laki, akan putuslah sebutannya. Kalau dia mati, akan habislah sebutannya dan akan habislah agama yang dibawanya ini. Niscaya tidak akan ada lagi orang yang menganggu gugat penyembahan berhala.

Itulah persangkaan yang salah. Di permulaan ayat telah difirmankan Tuhan bahwa pemberian-Nya kepada Rasul-Nya sangatlah banyaknya. Satu di antara nikmat yang banyak (Al-Kautsar) itu ialah sebagai yang ditafsirkan Abu Bakar bin ‘Iyyasy dan Yaman bin Ri-ab: “Banyak sahabatnya, banyak ummatnya dan banyak pengikutnya.” Beribu-ribu, berjuta. 


Sedang orang-orang yang membencinya itu sebahagian besar dan mati dalam peperangan Badar, karena kalah berperang dengan Nabi Muhammad SAW dan ummat pengikutnya itu. Abu Lahab sendiri, seorang di antara anak laki-lakinya mati diterkam singa. Dan dia sendiri mati karena sakit hati setelah teman-temannya kalah di perang Badar.

Abul Fadhi Al-‘Arudhiy mentafsirkan pula bahwa Al-Kautsar, pemberian yang sangat banyak itu dianugerahkan Allah juga bagi Muhammad dengan keturunan dari pihak anak perempuan, yaitu keturunan Fatimah. Yang sampai sekarang sudah 14 abad masih bertebaran di muka bumi ini. Ada yang menjadi raja-raja besar di negeri-negeri besar, ada yang menjadi Ulama dan penganjur politik. Sedang orang-orang yang membencinya itu putuslah berita mereka, tidak ada khabarnya lagi. Marilah kita camkan kebenaran firman Tuhan ini. (Sumber).

Demikian Tafsir QS Al-Kautsar yang a.l. berisi syariat agar kita mensyukuri nikmat Allah SWT yang begitu banyak dengan shalat dan berkurban. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*


Baca Juga: Pahala Ibadah Qurban

Referensi:

Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, Maktabah Adh Dhiya’.
Tafsir Al-Azhar Buya Hamka
Tafsir Ibnu Katsir
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-kautsar.html


Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post