Kaum Muslim Tidak Boleh Rayakan Hari Valentine

Hari Valentine (Valentine's Day) atau "Hari Kasih Sayang" 14 Februari bukan ajaran Islam, juga bukan tradisi kaum Muslim. Karenanya, kaum Muslim tidak boleh merayakan atau memperingati Hari Valentine.

Kaum Muslim Tidak Boleh Rayakan Hari Valentine

Hari Valentine adalah ritual kaum non-Muslim, terkait dengan sejarah Santo Valentinus.

Dalilnya jelas, sebuah hadits shahih yang menyatakan larangan bagi umat Islam untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam atau menyerupai (tasyabbuh) perilaku kaum non-Muslim.

Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." (HR. Ahmad, Abu Dawud).

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

"Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah Saw juga memberikan sinyalemen akan banyaknya umat Islam yang mengikuti tradisi atau budaya non-Muslim.

Dari Abu Hurairah, Nabi Saw bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ


“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari no. 7319).

Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ


“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Dalil-dalil di atas lebih dari cukup untuk menyatakan kaum Muslim tidak boleh merayakan Hari Valentine.

Valentine Ritual kaum non-Muslim

Kita simak catatan sejarah yang menunjukkan Valentine adalah ritual kaum non-Muslim.

Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopedia 1908), istilah Valentine yang disadur dari nama “Valentinus”, merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci dalam Katolik) yang berbeda: seorang pastur di Roma, uskup Interamna, dan seorang martir di Provinsi Romawi Africa (Wikipedia).

Hubungan antara tiga santo tersebut terhadap perayaan Valentine atau “hari kasih sayang” tidak memiliki catatan sejarah yang jelas. Bahkan, Paus Gelasius II tahun 496 M menyatakan, sebenarnya tidak ada hal yang diketahui dari ketiga santo itu.

Tanggal 14 Februari dirayakan sebagai peringatan santa Valentinus sebagai upaya mengungguli hari raya Lupercalica (Dewa Kesuburan) yang dirayakan tanggal 15 Februari.

Beberapa sumber menyebutkan, jenazah santo Hyppolytus yang diidentifikasi sebagai jenazah santo Valentinus diletakkan dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whiterfiar Street Carmelite Churc di Dublin Irlandia oleh Paus Gregorius XVI tahun 1836.

Sejak itu, banyak wisatawan yang berziarah ke gereja ini pada tanggal 14 Februari. Pada tanggal tersebut sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Literatur lain menyebutkan, tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi, Raja Claudius II (268 – 270 M).

Untuk mengagungkan St. Valentine yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai “upacara keagamaan”.

Tetapi sejak abad 16 M, ‘upacara keagamaan’ tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi ‘perayaan bukan keagamaan’.

Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.

Setelah orang-orang Romawi itu masuk Kristen, pesta “supercalis” kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine.

Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai ‘hari kasih sayang’ juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu ‘kasih sayang’ itu mulai bersemi ‘bagai burung jantan dan betina’ pada tanggal 14 Februari.

Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti ‘galant atau cinta’. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya tanggal 14 Februari.

Valentine Hari Kejatuhan Kerajaan Islam Spanyol

Catatan lain menyebutkan, Valentine adalah nama seorang paderi, Pedro St. Valentino. Tanggal 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Spanyol. Jadi, tumbangnya kerajaan Islam di Spanyol dirayakan sebagai Hari Valentine.

Namun, catatan ini belakang diragukan kebenarannya dan cenderung sebagai Hoax tentang Valentine.

Kesimpulan

Bebeberpa hadits shahih dan sejarah Hari Valentine di atas jelas mengarah pada kesimpulan, umat tidak boleh merayakan Hari Valentine karena perayaan hari kasih sayang itu merupakan ritual umat non-Muslim.

Ibnul Qayyim berkata:

"Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan “Selamat hari raya!” dan semisalnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyembah Salib. Bahkan, perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut.”

Sekali lagi, umat Islam tidak boleh merayakan Valentine karena Valentina adalah “ritual” atau “hari raya” non-Muslim.

Umat Islam cukup menghormati, tanpa harus turut merayakannya, sebagaimana prinsip toleransi dalam Islam: lakum dinukum waliyadin, untukmu agamamu, untukku agamaku.

Wallahu a’lam bish-showab. (www.risalahislam.com).*

5 Comments

  1. [...] This post was mentioned on Twitter by Ayu Novita Pramesti, DD Hong Kong. DD Hong Kong said: Kaum Muslim Tidak Boleh Rayakan Valentine http://nblo.gs/dIiXg [...]

    ReplyDelete
  2. lha klo di indonesia sendiri hal tersebut sudah mnjadi salah satu dari suatu perayaan sendiri padahal mayoritas penduduk adalah islam, bahkan perayaan ini sudah menjadi "tradisi" disekolah2 umumnya sekolah umum, padahal mereka juga telah mendapat pelajaran keagamaan..jadi bagaimana tanggapan ttg fenomena ini

    ReplyDelete
  3. saya tidak menyetujui perayaan valetine.bagi saya hari kasih sayang adalah sepanjang masa kita hidup,kasih sayang kita berikan kepada keluarga terutama orang tua lebihsangat utama kepada ibu.

    ReplyDelete
  4. mamang_kintaFebruary 14, 2013

    Di Indonesia, yang melaksanakan kebanyak awam informasi ini mba

    ReplyDelete
  5. mamang_kintaFebruary 14, 2013

    Setuju mba mutia :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Post a Comment

Previous Post Next Post