Arti Kalimat Tauhid dan Bendera Tauhid Al-Liwa' Ar-Royah

TAUHID adalah ungkapan pengakuan dan kesakian bahwa Allah SWT satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Berikut ini ulasan tentang Arti Kalimat Tauhid dan Bendera Tauhid bagi Umat Islam.

Arti Kalimat Tauhid dan Bendera Tauhid Al-Liwa' Ar-Royah


Tauhid merupakan dasar agama Islam sekaligus pondai kemusliman seseorang yang secara persis diungkapkan dalam frasa kalimat tauhid “Lā ilāha illallāh” (Tiada Tuhan selain Allah) --kalimat thayibah yang juga dikenal dengan sebutan tahlil

Kalimat Tauhid dalam syahadat diikuti kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT, sehingga kalimat lengkapnya menjai Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah.


Kalimat syahadat yang harus diucapkan saat seseorang masuk Islam adalah:

اَشْهَدُاَنْالَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَاَثْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا رَسٌؤلُ اللهِ

"Asyhadu an-laa ilaaha illallaahu, wa asy-hadu anna muhammadar-rasuulullah".

Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah"

Arti Tauhid

Menurut bahasa, tauhid berakar kata ahad  atau wahid yang artinya "satu". Dari akar kata wahhada -yuwahhidu- tauhiidan artinya menjadikan sesuatu jadi satu saja.

Kalimat Tauhid artinya ungkapan pengakuan atau keyakinan tentang keesaan Allah SWT. Tiada sekutu bag-Nya.

Abdur Razzaq Ash-Shadr dalam buku Berzikir Cara Nabi menunjukkan keutamaan La Ilaha Illallah yang merupakan kalimat paling utama sekaligus dasar kalimat thayibah lainnya --Allahu Akbar, Subhanallah, Alhamdulillah, dll.

Meskipun dalam dzikir urutannya sebagai berikut: Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallahu walllahu akbar. 

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Keutamaan Kalimat Tauhid

Keutamaan kalimat tauhid juga disebutkan dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zukhruf ayat 26-28 yang berbunyi:

"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku. Karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali pada kalimat tauhid itu." (QS Az-Zukhruf: 26-28).

Dalam kitab Al-Musnad terdapat riwayat dari Abu Dzar r.a, ia berkata, "Aku bertanya, 'Ya Rasulullah, ajari aku satu amal yang mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka' Nabi menjawab, 'Apabila kau telah berbuat dosa, maka kerjakanlah kebaikan, karena pahalanya adalah sepuluh kali lipatnya.' Aku bertanya, 'Ya Rasulullah, apakah di antara perbuatan baik itu adalah kalimat La Illaha Illallah?' Beliau menjawab, 'Ya kalimat ini merupakan yang paling baik." (Al-Wabil Ash-Shayyib, hlm 145).

Bendera Tauhid

Kalimat tauhid dalam teks Arab menjadi "lambang" dalam sebuah bendera. Bendera negara Kerajaan Arab Saudi berupa kalimat tauhid.

Bendera Arab Saudi
Bendera Arab Saudi

Karena berlatar belakang warna hijau, maka warna hijau pun seolah-olah identik dengan Islam.

Kalimat tauhid juga dipakai bendera Afghanistan. Belakangan sejumlah pihak juga memakai bendera dengan tulisan "laa ilaaha illallah".

Ar-roya dan Al-liwa

Diyakini, bendera panji Rasulullah SAW yang disebut ar-roya (bendera) juga bertuliskan kalimat tauhid. Ar-roya adalah kain hitam empat persegi panjang bertuliskan kalimat tauhid putih.

Bendera seperti itu tidak bisa diklaim sebagai bendera kelompok mana pun karena itu adalah bendera panjinya Rasulullah Saw.

Selain ar-roya ada juga bendera yang disebut al-liwa (panji).

Perbedaan keduanya hanya pada warna. Ar-roya berwarna hitam dengan tulisan putih, sedangkan Al-liwa berwarna putih dengan tulisan hitam.

  • Panji ( اللِّوَاءُ ) adalah sesuatu (kain) yang diikat dan dibelitkan di ujung tombak saat perang. 
  • Bendera ( الرَّايَةُ ) adalah, kain yang diikatkan di ujung tombak saat perang, maupun yang diikat diujung tiang di luar perang. 

Panji berfungsi untuk menunjukkan posisi pemimpin pasukan, sedang bendera dibawa oleh pasukan perang.

bendera tauhid al-liwa dan ar-rayah

Mengutip Republika, istilah liwa’ sering ditemui dalam beberapa riwayat hadis tentang peperangan. Jadi, istilah liwa’ sering digandengkan pemakaiannya dengan rayah (panji perang).

Istilah liwa’ atau disebut juga dengan al-alam (bendera) dan rayah mempunyai fungsi berbeda.

Dalam beberapa riwayat disebutkan, rayah yang dipakai Rasulullah Saw berwarna hitam, sedangkan liwa’ (benderanya) berwarna putih. (HR Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah).

Rayah dan liwa’ sama-sama bertuliskan La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah. Pada rayah (bendera hitam) ditulis dengan warna putih, sebaliknya pada liwa’ (bendera putih) ditulis dengan warna hitam. Rayah dan liwa’ juga mempunyai fungsi yang berbeda.

Rayah merupakan panji yang dipakai pemimpin atau panglima perang. Rayah menjadi penanda orang yang memakainya merupakan pimpinan dan pusat komando yang menggerakkan seluruh pasukan. Jadi, hanya para komandan (sekuadron, detasemen, dan satuan-satuan pasukan lain) yang memakai rayah.

Rayah diserahkan langsung oleh khalifah kepada panglima perang serta komandan-komandannya. Selanjutnya, rayah dibawa selama berperang di medan peperangan. Karena itulah, rayah disebut juga Ummu al-Harb (Induk Perang).

Mengenai hal ini, berdalil dari hadis dari Ibnu Abbas mengatakan, Rasulullah ketika menjadi panglima di Perang Khandak pernah bersabda,

 “Aku benar-benar akan memberikan panji (rayah) ini kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah kemudian memberikan rayah tersebut kepada Ali bin Abi Thalib yang saat itu menjadi ketua divisi pasukan Islam. (HR Bukhari).

Fungsi liwa’ sebagai penanda posisi pemimpin pasukan. Pembawa bendera liwa’ akan terus mengikuti posisi pemimpin pasukan berada.

Liwa’ dalam perperangan akan diikat dan digulung pada tombak. Riwayat mengenai liwa’, seperti yang diriwayatkan dari Jabir r.a. yang mengatakan, Rasulullah membawa liwa’ ketika memasuki Kota Makkah saat Fathul Makkah (pembebasan Kota Makkah). (HR Ibnu Majah).

Kelompok-kelompok yang sebenarnya tidak Islami, seperti Islamic State of Irak and Suriah (ISIS), menggunakan bendera tauhid (rayah dan liwa’) untuk menipu umat Islam.

Hal itu dibuktikan dengan perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan slogan yang mereka usung. Penggunaan rayah dan liwa’ hanya sekadar propaganda untuk menarik simpati umat Islam.*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post