Tafsir QS Al-Ahzab:21 Arti Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah

Tafsir QS Al-Ahzab:21: Arti Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah


Ungkapan "Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah" bersumber dari QS Al-Ahzab:21. Ayat ini senantiasa sering disampaikan penceramah pada peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw atau Maulid Nabi pada 12 Rabiul Awal.


Berikut ini ulasan ringkas tentang Tafsir QS Al-Ahzab:21 Arti Rasulullah Saw sebagai Uswatun Hasanah.


Secara bahasa, Uswatun Hasanah artinya teladan yang baik. Bahwa Rasulullah Saw adalah teladan bagi manusia dalam menjalani kehidupan disebutkan dalam QS Al-Ahzab:21.


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS Al-Ahzab:21).


Ayat di atas menegaskan Nabi Muhammad Saw adalah teladan, contoh yang baik, bagi orang-orang beriman atau kaum muslim, terutama bagi mereka yang senantiasa mengharapkan rahmat Allah Swt, kehidupan yang baik di alam akhirat nan kekal usai hari kiamat, dan salah satu ciri orang beriman itu adalah banyak mengingat  Allah (dzikrullah). 


Asbabun Nuzul QS Al-Ahzab:21

Asbabun Nuzul atau sebab-sebab (latar belakang) turunnya ayat tersebut adalah dalam konteks Perang Khandaq. Pasukan gabungan kaum kafir dalam jumlah besar (10.000 prajurit) membuat sebagian kaum muslim yang hanya berkekuatan 3.000 prajurit merasa gentar.


Mereka yang gentar dan ragu adalah kaum munafik yang hanya berpura-pura beriman. Allah Swt menurunkan ayat tersebut untuk memerintahkan kaum muslim yang benar-benar beriman meneladani keberanian Muhammad Saw dalam membela Islam; tak gentar dengan besarnya jumlah musuh.


Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, turunnya ayat di atas secara khusus dengan peristiwa Perang Khandaq yang sangat memberatkan kaum muslimin saat itu. 


Nabi dan para Sahabat benar-benar dalam keadaan susah dan lapar, sampai-sampai para Sahabat mengganjal perut dengan batu demi menahan perihnya rasa lapar. Mereka pun berkeluh-kesah kepada Nabi. 


Adapun Nabi, benar-benar beliau adalah suri teladan dalam hal kesabaran ketika itu. Nabi bahkan mengganjal perutnya dengan dua buah batu, namun justru paling gigih dan sabar. Kesabaran Nabi dan perjuangan beliau tanpa sedikitpun berkeluh kesah dalam kisah Khandaq, diabadikan oleh ayat di atas sebagai bentuk suri teladan yang sepatutnya diikuti oleh ummatnya. 


Ini adalah penafsiran yang bersifat khusus dari ayat tersebut, jika ditilik dari peristiwa yang melatar belakanginya.


Perang Khandak adalah salah satu perang besar dalam sejarah Islam. Secara harfiah, perang ini berasal dari istilah khandaq yang berarti "parit" yang digali oleh umat Islam di sekitar Madinah sebagai persiapan untuk pertempuran atau agar musuh tidak bisa memasuki Madinah sebagai pusat pemerintahan Islam saat itu.


Perang Khandaq ini terbilang besar karena kaum muslim di Madinah berhadapan dengan pasukan gabungan (sekutu) kaum Quraisy dan Yahudi.


Perang ini melibatkan 3.000 prajurit Muslim melawan 10.000 pasukan gabungan. Awal mula perang ini disebut-sebut terjadi saat Muslim di Madinah membuat parit sebagai strategi berperang untuk menghindari serbuan langsung dari pasukan Al-Ahzab Quraisy dan bani Nadir. Mereka pun menggali parit di bagian utara Madinah selama 9 – 10 hari..

Tafsir QS Al-Ahzab:21

Berikut ini penafsiran para ahli tafsir Al-Qur'an tentang ayat yang menegaskan Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah. Umumnya mengacu pada teladan keberanian Nabi Muhammad Saw dalam Perang Khandaq sebagaimana Asbabun Nuzul ayat ini. 


Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia


Sungguh telah ada bagi kalian (wahai orang-orang yang beriman) pada perkataan Rasulullah Saw, perbuatannya, dan keadaannya suri teladan yang baik bagi kalian yang baik untuk kalian teladani. 

Maka peganglah sunnahnya, karena sunnahnya dipegang dan dijalani oleh orang-orang yang berharap kepada Allah dan kehidupan akhirat, memperbanyak mengingat Allah, dan beristigfar kepadaNya, serta bersyukur kepada-Nya dalam setiap keadaan.


Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)


Dan sesungguhnya di dalam ada yang diucapkan, dilakukan dan dikerjakan oleh Rasulullah Saw terdapat suri teladan yang baik untuk kalian. Dia dengan jiwanya yang mulia mengikuti peperangan, maka bagaimana kalian pelit dengan jiwa kalian dari jiwa Rasulullah? Dan tidaklah mengikuti Rasulullah kecuali orang-orang yang mengharapkan Hari Akhir dan beramal untuk menghadapinya, serta banyak mengingat Allah. Adapun orang yang tidak mengharapkan Hari Akhir dan tidak banyak mengingat Allah, maka ia bukanlah orang yang mengikuti Rasulullah Saw..


Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah


Hai orang-orang beriman, sungguh Rasulullah adalah teladan yang baik bagi kalian dalam setiap perkataan, perbuatan, dan tindak-tanduknya. Maka wajib meneladaninya bagi orang yang beriman kepada Allah, yang mengharap pahala dari-Nya dan takut dari azab-Nya, serta memperbanyak zikir dengan lisan dan hatinya.


Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah


 لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ (Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu). 


Yang telah mengorbankan dirinya untuk ikut berperang, dan pergi ke perang Khandak demi membela agama Allah. Dan Rasulullah merupakan teladan bagi seluruh orang beriman dalam segala langkahnya.


لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ اللهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ (bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat).


Yakni mengharap pahala Allah atau mengharap pertemuan dengan Allah, serta mengharap rahmat-Nya di hari kiamat atau membenarkan bahwa hari kiamat pasti terjadi.


وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا (dan banyak menyebut Allah)

Karena dengan hal ini tercapai peneladanan dengan Rasulullah Saw.


Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah


Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.


Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah


Sungguh pada Rasulullah benar-benar ada suri teladan} teladan {yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (ridha) Allah dan hari kiamat serta yang banyak mengingat Allah


Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H


“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu,” di mana beliau menghadiri peperangan dengan jiwanya yang mulia itu, dan terjun langsung di medan perang, sedangkan beliau adalah manusia yang mulia lagi sempurna, pahlawan nan pemberani, lalu bagaimana bisa kalian kikir dengan diri kalian untuk melakukan suatu perkara yang mana Rasulullah sendiri langsung terjun padanya? Maka teladanilah beliau dalam perkara ini dan perkara yang lainnya.


Para ulama ushuliyyun (ahli ushul al-fiqh) berargumen dengan ayat ini atas kehujjahan perbuatan Rasulullah. Dan bahwa hukum asalnya, umat Islam itu bersuri teladan kepadanya dalam semua hukum, kecuali ada dalil syar’i yang mengecualikan kekhususan beliau.


Orang yang meneladani beliau berarti menelusuri jalan yang dapat mengantarkannya kepada kemuliaan Allah, yaitu jalan yang lurus. Sedangkan bersuri teladan kepada selain beliau, apabila menyalahi beliau, maka itulah teladan yang buruk.


Suri teladan yang baik ini hanya akan ditelusuri dan diikuti oleh orang yang menginginkan Allah dan Hari akhir. Hal itu terjadi karena iman yang dimilikinya, rasa takut kepada Allah dan mengharapkan pahala kepadaNYa, takut akan siksaNya yang semuanya mendorongnya untuk meneladani Rasulullah.


An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi


Sungguh bagi kalian wahai orang-orang yang beriman untuk berpegang teguh dalam ucapan, tindakan dan keadaan untuk mengikuti Rasul Saw untuk dijadikan contoh yang baik yang tidak putuh asa, dimana bersungguh-sungguh atas dirinya menolong agama Allah; Berpegang teguhlah dengan sunnahnya, dan tetaplah di atas prinsip Rasulullah dalam peperangan, bersabarlah sebagaimana kesabaran beliau dalam dakwah dan jihad dan seluruh kondisi, dan beramallah sebagaimana amalan-amalan beliau, serta jangan berputus asa dari mengharap pahala dari Allah dan kasih sayangnya di akhirat.


Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa


Beliau (Rasulullah) berani berperang dan terjun ke dalam kancah pertempuran, lalu mengapa kamu kikir mengorbankan jiwamu untuk sesuatu yang Rasulullah saw saja berani mengorbankannya? Maka ikutilah beliau dalam hal ini dan dalam hal lainnya. 


Para ahli ushul berdalil dengan ayat ini tentang kehujjahan perbuatan Rasulullah saw. Demikian pula, bahwa hukum asalnya, umat beliau mengikuti juga dalam hal hukum, kecuali ada dalil syar’i yang mengkhususkan untuk beliau.


Yang beruswah (meneladani) Beliau dan diberi taufik kepadanya hanyalah orang yang berharap rahmat Allah dan kedatangan hari Akhir, di mana iman yang ada padanya, rasa takutnya kepada Allah, berharapnya kepada pahala-Nya serta takut kepada siksa-Nya mendorongnya untuk mengikuti Rasulullah saw.


Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI


Rasulullah saw adalah teladan bagi manusia dalam segala hal, termasuk di medan perang. Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu dalam semua ucapan dan perilakunya, baik pada masa damai maupun perang. 


Namun, keteladan itu hanya berlaku bagi orang yang hanya mengharap rahmat Allah, tidak berharap dunia, dan berharap hari kiamat sebagai hari pembalasan; dan berlaku pula bagi orang yang banyak mengingat Allah karena dengan begitu seseorang bisa kuat meneladani beliau. 


Salah satu keteladanan rasulullah adalah tidak gentar berhadapan dengan musuh. Inilah yang seharusnya diteladani oleh orang-orang mukmin pada Perang Khandak. 


Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yahudi bani quraizah dan kafir mekah yang bersekutu itu, mereka berkata, 'Inilah yang dijanjikan Allah dan rasul-Nya kepada kita. Kita akan memperoleh kemenangan setelah kekalahan kita pada Perang Uhud'. Dan benarlah janji Allah dan rasul-Nya. Dan keadaan yang demikian sulit dan berat itu justru menambah keimanan dan keislaman mereka.


Demikian  Tafsir QS Al-Ahzab:21: Arti Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah. Wallahu a'lam bish-shawabi. (Referensi: Tafsirweb).


Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post