Sejarah Arafah dan Keutamaan Puasa Sunah Arafah

Umat Islam disunahkan puasa tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha. Apa kaitannya dengan pertemuan Adam-Hawa di Jabal Rahmah, Arafah?


Sejarah Arafah dan Keutamaan Puasa Sunah Arafah


PUASA Arafah (Arofah) adalah salah satu amalan sunah bulan Dzulhijjah. Tanggal 9 Dzulhijah, jamaah haji melaksanakan wukuf (berdiam diri) di padang Arafah, setelah mereka mabit (bermalam) di Mina.

Di kawasan in ada Jabal Rahmah yang diyakini sebagai tempat pertemuan Adam dan Hawa setelah turun ke bumi dari surga.

Wukuf di padang Arafah merupakan salah satu rukun haji, untuk mengingat Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi dari surga karena mengingkari perintah Allah dan terbawa oleh tipu daya Iblis. Mereka dipisahkan di dunia ini selama 40 tahun untuk bertemu kembali. Padang Arafah merupakan lokasi Adam dan Hawa bertemu.

Pengertian Arafah

Arafah adalah daerah terbuka dan luas di sebelah timur luar kota suci umat Islam di Mekkah, Arab Saudi.

Secara bahasa dan istilah, ada empat makna arafah, yakni araftu, i’tiraf, ta’aruf, dan arafa as-sabr. Inti maknanya adalah "mengetahui" atau "mengenal" (dari kata dasar 'arofa).

Araftu --artinya "saya tahu"-- berkait erat dengan pengetahuan jamaah haji tentang tata cara ibadah haji (manasik). Disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas, suatu ketika malak Jibril mengajarkan manasik pada Nabi Ibrahim as, lalu ia bertanya “Apakah engkau telah mengetahui manasik? Nabi Ibrahim menjawab, na’am araftu (ya aku telah mengetahuinya) (HR. Baihaqi).

I’tiraf artinya pengakuan yang tulus atas dosa atau kesalahan yang diperbuat. Saat wukuf di padang Arafah, selama berdiam diri secara fisik, jamaah haji menyampaikan pengakuan kepada Allah SWT atas kezaliman.

Nabi Adam as --yang bertemu dengan Hawa di Jabal Rahmah, Ararah-- melakukan i’tiraf atas kezalimannya dengan kalimat: “rabbana dzhollamna anfusana waillam tagfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin” (Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Kami termasuk orang-orang yang rugi.”(QS Al-A’raf:23).

Hal serupa juga diungkapkan Nabi Yunus:  “lailaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzholimin”, (Tidak ada Tuhan selain Engkau Maha Suci Engkau ya Allah sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang zalim, QS Al-Anbiya : 87).

Nabi Musa juga sama. Ia pernah berucap: “Robbi inni dzhollamtu nafsi fagfirli” (Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menganiaya diri, maka ampunilah aku, QS Al-Qasas: 16).

Ta’aruf artinya saling mengenal.  "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti” (QS Al-Hujurat ayat 13).

'Arafa as-sabr artinya melaksanakan kesabaran. Dalam suasana diam di padang terbuka dengan cuaca yang sangat terik, maka sahabat sejatinya hanyalah kesabaran. “Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah:153).

Makna lain dari arafah adalah ma’rifatul Islam, yakni sebuah proses mengenal Islam sebagai agama Allah yang paling sempurna. Karena itu, dalam khutbah wada' (khotbah terakhir) ketika di Padang Arafah, Rasulullah Saw membacakan QS Al-Maidah ayat 3 yang merupakan wahyu terakhir yang diturunkan Allah SWT:

“Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu dan telah aku ridhoi Islam sebagai agamamu” (QS Al-Maidah:3).

Keistimewaan Arafah

1. Adam dan Hawa Bertemu di Jabal Rahmah

Jamaah haji biasa "berebut" untuk bisa naik gunung di kawasan padang Arafah bernama "Jabal Rahmah". Di puncaknya ada sebuah tugu peringatan yang didirikan untuk mengenang tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi.

Mengapa keduanya bisa bertemu di Arafah?

Ada riwayat yang menyebutkan, para malaikat mengingatkan Adam dan Hawa, setelah keduanya diturunkan ke bumi (akan tempat tersebut).

Ini dimaksudkan agar mereka mengakui (mengetahui) dosa-dosanya dan memohon ampunan kepada Allah. Kemudian Adam dan Hawa telah mengetahui (arafa) akan kesalahan dan dosa-dosanya. Mereka juga diberitahu (yu'rafu) caranya bertaubat.

Ada pula kisah lain yang menceritakan, saat Jibril memberi tahu Ibrahim cara menunaikan haji di tempat ini. Jibril bertanya: ''Arafta (tahukah Anda?), Ya Ibrahim,'' Ibrahim menjawab: ''Araftu (Aku mengetahui).''

Berdasarkan keterangan ini, Arafah bisa berarti sebagai upaya manusia untuk mengenali Tuhannya. Manusia datang ke tempat tersebut untuk memohon ampun atas segala dosa-dosa dan mengakui kesalahannya dengan penuh kerendahan hati. Di tempat ini, semua manusia (jamaah haji) sama kedudukannya. Tidak ada jabatan, pangkat dan golongan, semuanya sampa di hadapan Allah SWT, kecuali ketaqwaannya.

Pakaian mereka pun sama dan seragam, tidak ada bedanya antara kaya dan miskin, yang pangkatnya tinggi dan rendah. Tidak ada rasa sombong dan angkuh. Semua merendahkan diri mengharap ampunan Ilahi.

Keutamaan Arafah adalah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya: ''Doa yang paling afdhal adalah doa di hari Arafah''. Dalam riwayat lain, Nabi bersabda: ''Tidak ada hari yang paling banyak Allah menentukan pembebasan hambanya dari neraka, kecuali hari Arafah''.

Kemudian melanjutkan perjalanan ke Mina sekitar 5 km untuk melempar jumrah. Kemudian thawaf ifadhah di Makah, Sa'i dan tahallul. Selesailah sudah prosesi ibadah haji. Mereka pulang dengan sebutan haji dan hajjah yang mabrur. (Republika/Ihram.co.id).

2. Khotbah Terakhir Nabi Muhammad Saw

Arafah adalah tempat Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato terakhirnya sebelum wafat. Dikenal sebagai Hari Arafah, yaitu hari ke-9 dalam bulan Dzulhijjah dan merupakan hari kedua dalam ritual ibadah haji setelah

Hari Arafah merupakan hari yang istimewa karena pada hari itu Allah SWT membanggakan hamba-Nya yang berkumpul di Arafah kepada para malaikat.

Puasa pada hari Arafah akan mengampuni dosa dua tahun.[3]
Hari Arafah adalah hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka.[3]

3. Wahyu Terakhir

Arafah memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab, di tempat inilah, Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah SWT tentang kesempurnaan agama Islam. (QS Al-Maidah (5) ayat 3).

Demikian Sejarah Arafah dan Keutamaan Puasa Sunah Arafah. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Referensi: Sirah Nabawiyah Abu Hisyam, Ensiklopedia Islam, Ichtiar Baru.

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post