Keutamaan Bulan Zulkaidah dan Peristiwa Penting dalam Islam

Keutamaan Bulan Zulkaidah

Zulkaidah (Dzulkaidah, Dzulqaidah, Dzulqa'dah,  ذو القعدة) adalah bulan ke-11 tahun Hijriah setelah bulan Syawal dan sebelum bulan Dzulhijah. Bulan ini memiliki keutamaan atau keistiwaan bagi kaum muslim.


Bulan ini dikenal pula dengan nama bulan Dulkangidah, bulan Apit atau Hapit (Jawa Kuno). Menurut masyarakat Jawa, apit berarti "terjepit", karena bulan ini terletak di antara dua hari raya besar yaitu, Idul Fitri (Syawal) dan Idul Adha (Dzulhijah).


Zulkaidah bukan bulan sial sebagaimana anggapan sebagian kalangan. Dalam Islam, Zulkaidah termasuk bulan mulia (syahrul haram) atau salah satu bulan-bulan yang dimuliakan (asyharul hurum).


"Di antaranya ada empat bulan haram. Tiga bulan berturut-turut yaitu Zulkaidah, Zulhijah dan Muharram. [Berikutnya] bulan Rajab Mudhar yang terletak antara Jumadal [akhir] dan Sya’ban,” (H.R. Bukhari dan Muslim). 


Bulan ini dinamakan zulkaidah karena terdapat larangan berperang di bulan ini. Makna kata Zulkaidah secara bahasa adalah 'Penguasa Gencatan Senjata'. Dalam sejarah, pada bulan ini bangsa Arab dulu sepakat meniadakan peperangan.

Keutamaan Bulan Zulkaidah

Sebagaimana pada bulan-bulan yang dimuliakan lainnya --Dzulhijah, Muharam, Rajab, pahala amal ibadah atau perbuatan baik akan dilipatgandakan.


Sebaliknya, dosa perbuatan buruk juga bisa berlipat ganda, sebagaimana disampaikan Abdullah bin Abbas: 


"Beribadah dan beramal saleh di bulan-bulan haram dilipatkan gandakan pahalanya oleh Allah SWT. Demikian sebaliknya, bermaksiat dan berbuat dosa di bulan-bulan tersebut digandakan hukumannya." 


Ibnu Abbas mengemukakan hal itu ketika mengomentari kemuliaan bulan Zulkaidah sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS At-Taubah ayat 36: 


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ


“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya [terdapat] empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama-sama orang yang bertakwa,” (QS. At-Taubah [9]: 36). 


Hal senada dikemukakan Musthafa bin Sa’ad bin Abduh as-Suyuthi al-Hanbali dalam Mathalib Ulinnuha.


Ia mengatakan, “Kebaikan dan keburukan dilipatgandakan pada tempat yang mulia seperti Makkah, Madinah, Baitul Muqqadas serta masjid. Demikian pula pada waktu-waktu yang mulia seperti: hari Jumat, bulan-bulan mulia serta bulan Ramadan.”

Peristiwa Penting Bulan Zulkaidah

Sejumlah kejadian penting dalam sejarah Islam terjadi pada bulan Zulkaidah. 


  1. Paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, meninggal dunia.
  2. Perang Bani Quraizhah yang dipicu pengkhianatan kaum Yahudi terhadap kaum muslim. Umat Islam memerangi mereka sesuai dengan perintah Allah SWT dalam QS At-Taubah:36.
  3. Rasulullah Saw melaksanakan Haji Wada’ atau haji perpisahan/ibadah haji terakhir beliau. 
  4. Rasulullah Saw menikahi Ramlah binti Abu Sufyan alias Ummu Habibah ketika ia berada di negeri Habasyah atau Ethiopia. 

Umat Islam berperang pada bulan Zulkaidah, yakni menumpas Bani Quraizhah, karena kondisi darurat. Saat Perang Ahzab, atau biasa disebut dengan Perang Khandaq, saat kekuatan kafir dan munafik bersatu-padu untuk menghancurkan kaum muslimin di Madinah, kaumYahudi Bani Quraizhah justru berkhianat dan membantu kaum kafir dan munafik.


Pernikahan Rasulullah Saw di bulan Zulkaidah juga mematahkan anggapan Zulkaidah bulan sial, bulan naas, dan bulan sengsara sehingga tidak boleh menikah di bulan ini.


Demikian keutamaan bulan Zulkaidah. Ia termasuk bulan yang dimuliakan dan bukan bulan sial. Wallahu a'lam bish-shawab.*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post